Kepala BPS Suhariyanto merinci nilai impor Februari 2021 sebesar USD13,26 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun lalu sebesar USD11,55 miliar. Kenaikan ini ditopang oleh impor nonmigas sebesar 22,03 persen dari USD9,80 miliar menjadi USD11,96 miliar. Sementara impor migas turun 25,37 persen dari USD1,75 miliar menjadi USD1,30 miliar.
"Impor migas turun karena impor minyak mentah turun 62,3 persen, impor hasil minyak turun 18,75 persen, namun impor gas naik," kata Suhariyanto dalam konferensi pers, Senin, 15 Maret 2021.
Meskipun terjadi kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dibandingkan dengan Januari 2021, posisi Februari mengalami penurunan tipis 0,49 persen dari USD13,33 miliar menjadi USD13,26 miliar.
Penurunan disebabkan oleh impor migas yang cukup dalam sebesar 15,95 persen dari USD1,55 miliar di Januari menjadi USD1,30 miliar di Februari. Sedangkan impor nonmigas masih tumbuh 1,54 persen dari USD11,78 miliar di Januari menjadi USD11,96 miliar.
Secara kumulatif impor Januari-Februari tercatat sebesar USD26,59 miliar atau naik 3,01 persen. Terutama dalam bentuk mesin dan perlengkapan elektrik serta mesin dan peralatan mekanik.
"Januari-Februari seluruh barang yang kita impor alami peningkatan, barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal," ujar Suhariyanto.
Adapun berdasarkan negara asal, impor nonmigas masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai sepanjang Februari mencapai USD3,92 miliar atau 34,78 persen dari total impor Indonesia. Kemudian disusul oleh Jepang dan Thailand dengan nilai impor masing-masing USD0,99 juta dan USD0,69 juta.
Impor dari negara ASEAN mencapai 19,10 persen dengan nilai sebesar UD2,28 miliar. Sementara impor dari Uni Eropa mencapai 6,67 persen atau USD0,80 miliar.
Peningkatan impor terjadi dari Brazil sebesar USD162,7 juta, Australia sebesar USD156,3 juta, Jepang sebesar USD127,2 juta, Thailand sebesar USD125,4 juta, dan Filipina sebesar USD78,6 juta.
"Komoditas impor yang naik dari Brazil yaitu raw sugar, oil cook, dan cotton. Dari Australia gandum, ternak betina," tutur dia.
Sedangkan impor yang berkurang berasal dari Tiongkok sebesar USD215,9 juta, Korea Selatan sebesar USD113,9 juta, Afrika Selatan sebesar USD95,4 juta, Rusia sebesar USD70,7 juta, dan Taiwan sebesar USD65,9 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News