Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur pada Oktober 2022 masih melanjutkan tren ekspansif dari 13 bulan sebelumnya yaitu berada di level 51,8, meski sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 53,7.
“Hal ini tentunya patut kita syukuri karena terjadi di tengah risiko global yang masih eskalatif,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu, dilansir Antara, Rabu, 2 November 2022.
Febrio mengatakan output produksi juga masih dalam tren ekspansif sejalan dengan indikator kapasitas produksi dari hasil survei Bank Indonesia (BI) yang naik mendekati level pra-pandemi di triwulan III-2022.
Baca juga: Wamenkeu Pede Inflasi Bisa di Bawah 6% Tahun Ini |
Ia menuturkan secara keseluruhan optimisme pelaku usaha terus meningkat dan tingkat permintaan dalam negeri masih kuat, sehingga diharapkan menjadi landasan bagi sektor manufaktur untuk terus konsisten berada di zona ekspansif.
"Pemerintah terus mengoptimalisasi APBN sebagai shock absorber agar dapat mendorong permintaan masyarakat untuk mendukung optimisme di sektor usaha," tegasnya.
Pemerintah bersama otoritas terkait pun akan mengantisipasi berbagai risiko global yang berpotensi mempengaruhi neraca perdagangan serta perekonomian secara umum.
Risiko-risiko itu di antaranya meliputi melambatnya aktivitas perdagangan internasional negara maju karena terpengaruh inflasi sebagaimana tercermin dalam WEO Oktober 2022 serta mitra dagang utama seperti Tiongkok.
Terjaganya PMI manufaktur di zona ekspansif turut terjadi di negara lain seperti Thailand 51,6 dari September 55,7, Vietnam 50,6 dari September 52,5, Australia 52,7 dari September 53,5 dan Jepang 50,7 dari September 50,8.
Di sisi lain, terdapat beberapa negara yang PMI manufaktur tercatat kembali mengalami kontraksi antara lain Malaysia 48,7, Taiwan 41,5, dan Korea Selatan 48,2.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News