Masyarakat Jakarta memilih memakai kendaraan pribadi yang selain timbulkan kemacetan, juga polusi udara - - Foto: MI/ Jhoni Kristian
Masyarakat Jakarta memilih memakai kendaraan pribadi yang selain timbulkan kemacetan, juga polusi udara - - Foto: MI/ Jhoni Kristian

Ini Kunci RI Capai Bebas Karbon 2060

Desi Angriani • 19 November 2021 15:14
Jakarta: Komitmen Indonesia mengejar target net zero carbon atau bebas karbon pada 2060 sangat bergantung pada keberhasilan masyarakat beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik. 
 
Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran mengatakan peningkatan demand listrik memiliki peran strategis dalam mencapai  target Carbon Neutral 2060. Pasalnya, salah satu ceruk demand yang dapat dimanfaatkan berasal dari sektor transportasi.
 
"Program transisi energi idealnya juga didukung dari sisi hilir (peningkatan demand). Jika sudah ada peningkatan demand, maka dari sisi hulu lebih mudah beralih," kata Tumiran dalam keterangan resmi, Jumat, 19 November 2021.
 
Ia menjelaskan kontribusi emisi CO2 dari sektor transportasi sangat besar. Karena itu, dengan adanya transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik, upaya mereduksi emisi CO2 secara besar-besaran dapat dilakukan.
 
"Kalau sektor transportasi emisinya direduksi, sementara sumber listriknya juga berasal dari EBT, maka target-target pemerintah terkait net zero carbon  lebih realistis untuk dicapai," ujar dia.
 
Komitmen pemerintah dalam net zero carbon pada 2060, lanjut Tumiran, patut diapresiasi. Hanya saja, implementasi program di lapangan perlu menyelaraskan kebutuhan badan usaha dalam hal ini PLN. 
 
"Pembangkit EBT struktur biayanya tinggi. Makanya, kita mendukung PLN sebagai ujung tombak transisi energi dengan memastikan implementasi mobil listrik, kompor induksi, dan sebagainya lebih massif," tambahnya.
 
Di sisi lain, beralihnya masyarakat dari kendaraan BBM ke listrik juga akan menekan impor BBM. Berdasarkan roadmap yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar enam juta kiloliter pada tahun tersebut.
 
Selain mampu mereduksi emisi, keberhasilan program kendaraan listrik juga akan memangkas pengeluaran konsumen dari sisi biaya energi. Berdasarkan data PLN, dari sisi penghematan, pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp10 ribu untuk menempuh jarak 72 kilometer (km).
 
Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), dengan jarak tempuh 72 kilometer, masyarakat harus merogoh kocek sekitar Rp60 ribu dengan asumsi harga BBM Rp9.000 per liter. Selain mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, PLN telah mencanangkan peta jalan yang komprehensif menuju NDC 2030 dan Neutral Carbon 2060. 
 
BUMN Kelistrikan itu menargetkan menghasilkan pengurangan emisi sebesar 900 juta ton CO2 ekuivalen pada 2060. Target tersebut akan dicapai melalui sejumlah strategi yaitu mengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke EBT, pengembangan pembangkit gas, menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ramah lingkungan.
 
PLN juga akan memensiunkan PLTU, penerapan co-firing, melakukan penerapan efisiensi dan menurunkan susut jaringan, percepatan memensiunkan PLTU, Carbon Capture and Storage (CCS), serta penerapan co-firing berbasis hidrogen.
 
Sebagai ujung tombak menuju Carbon Neutral 2060, PLN setidaknya membutuhkan investasi mencapai USD500 miliar untuk beralih dari skenario business as usual menjadi carbon neutral dengan biaya mitigasi senilai USD35-USD40 per ton CO2 ekuivalen. Untuk itu, dibutuhkan dukungan berbagai pihak untuk mencapai target tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan