Tembakau. Foto : Medcom.id.
Tembakau. Foto : Medcom.id.

Pemerintah Diminta Jaga Industri yang Masih Bertahan

Husen Miftahudin • 25 Juni 2020 10:48
Jakarta: Pengamat ekonomi Chandra Fajri Ananda meminta pemerintah mendeteksi dan melindungi industri-industri yang masih bertahan ditengah gempuran dampak pandemi covid-19. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga sisi penyediaan (supply) agar industri di Tanah Air tetap berproduksi.
 
"Jika kita bicara pemulihan ekonomi, kita bicara sektor mana yang bisa bertahan, sektor mana yang bisa cepat pulihnya. Untuk itu pemerintah perlu mendeteksi industri apa saja yang punya daya tahan yang baik selama wabah covid-19 ini," ujar Chandra dalam keterangan tertulisnya kepada Medcom.id, Kamis, 25 Juni 2020.
 
Chandra menyebutkan salah satu industri yang masih bertahan di tengah pandemi adalah industri hasil tembakau atau industri rokok. Industri ini mampu bertahan lantaran bahan bakunya tersedia di dalam negeri, tenaga kerjanya juga tetap terserap dengan baik sehingga dapat menggerakan perekonomian nasional.

"Maka, pemerintah perlu mempertahankan industri rokok dan juga industri-industri lain yang masih bertahan. Industri rokok adalah industri yang masih bisa memberikan pemasukan kepada negara lebih dari Rp162 triliun setiap tahunnya," tutur dia.
 
Menurut Chandra, industri hasil tembakau mampu menjaga kesinambungan fiskal. Sebab sektor ini merupakan salah satu sektor penting dalam mendukung penerimaan negara.
 
Oleh karena itu ia menilai agar pemerintah tidak mencekik industri ini dengan menaikkan tarif cukai setinggi-tingginya. Jika cukai rokok dinaikkan, ia justru khawatir masyarakat akan beralih ke rokok ilegal yang tidak membayar cukai.
 
"Dalam rangka menaikan pendapatan negara lewat cukai rokok dan menghentikan masyarakat mengonsumsi rokok, yang terjadi penerimaan negara dari cukai rokok turun, masyarakat tetap mengonsumsi rokok, tapi rokok ilegal. Yang diperlukan adalah pembinaan terhadap industri rokok sebagaimana yang telah terjadi saat ini," papar Chandra yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
 
Di sisi lain Chandra juga sepakat dengan permintaan para pelaku industri hasil tembakau agar pemerintah tidak menaikkan cukai rokok untuk tahun ini. Selain karena kondisi perekonomian yang sedang berat imbas covid-19, daya beli masyarakat saat ini juga mengalami pelemahan.
 
"Saya yakin pemerintah akan bijaksana dan memutuskan yang terbaik untuk tahun ini pemerintah tidak menaikkan cukai rokok. Meski industri hasil tembakau bertahan di masa krisis, namun industri ini tetap mengalami kesulitan di bidang distribusi, baik distribusi hasil produksi maupun distribusi sumber bahan baku, karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," urai dia.
 
Namun ia juga berharap agar pemerintah dan para pelaku industri rokok duduk bersama menentukan persentase cukai rokok. Chandra pun mengusulkan agar pemerintah segera membuat peta jalan (roadmap) cukai.
 
Dengan roadmap cukai, pemerintah dan masyarakat tak perlu berpolemik tentang persentase kenaikan cukai dan produk-produk yang akan dikenakan cukai setiap tahunnya. Roadmap ini juga membuat petunjuk pengenaan cukai menjadi jelas.
 
"Dengan adanya roadmap cukai kebutuhan penerimaan negara dari cukai tidak perlu dibebankan kepada beberapa komoditas, tapi ada produk atau komoditas lain yang terus digali untuk dikenai cukai. Dengan begitu, penerimaan negara dari cukai bisa ditingkatkan dan divariasikan," tutup Chandra.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan