"Ini agar pengembangan mata rantai ekonomi halal itu betul-betul bisa kompetitif, produktif, dan terlebih lagi bisa mendukung tidak hanya bagi pertumbuhan ekonomi nasional tapi juga pemberdayaan ekonomi umat," ucap Perry dalam Opening Ceremony 1st Indonesia International Halal Fair & 2nd InterContinenTalk sebagai rangkaian dari Road to 8th Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2021 yang digelar secara virtual, Senin, 21 Juni 2021.
Pertama adalah mempercepat dan mengakselerasi sertifikasi produk halal. Menurutnya, hal tersebut penting dilakukan guna meraup pasar produk halal dunia. Apalagi saat ini produk-produk halal tengah digemari masyarakat dunia, utamanya milenial.
Terkait hal itu, Perry mengingatkan semua pihak untuk saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mempercepat dan mengakselerasi sertifikasi produk halal. Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) perlu bergandengan tangan dengan Badan Pengelola Jaminan Produk Halal (BPJPH) dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan perguruan tinggi yang menjadi pemberi sertifikasi (certifier) produk halal.
"Satu, adalah sangat mendasar untuk mengakselerasi sertifikasi halal sebagai necessary condition (kondisi yang diperlukan) untuk mengembangkan halal value chain di Indonesia maupun di global," tegasnya.
Kedua, membangun integrasi antarunit usaha, mulai dari unit usaha skala kecil, menengah, hingga besar. Integrasi antara unit-unit usaha ini supaya bisa mendukung pertumbuhan ekonomi, juga sekaligus menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
"Jadi integrasi ekosistem ini adalah mengenai unitnya, dari pemberdayaan ekonomi baik di pesantren maupun unit-unit usaha yang berbasis masyarakat. Kemudian menengah dengan membentuk kelompok-kelompok asosiasi, serta unit usaha yang besar. Itu harus ada ekosistemnya," tutur Perry.
Ketiga terkait dengan produk halal yang akan dikembangkan dalam rantai nilai ekosistem halal. Saat ini terdapat lima sektor produksi halal yang tengah digarap, yaitu makanan (food), fesyen (fashion), pariwisata (tourism), kosmetik dan farmasi, serta energi terbarukan.
Perry menekankan bahwa kelima sektor produksi halal tersebut akan digarap secara maksimal, namun ada dua sektor yang akan digarap secara maksimal dalam waktu dekat ini, yaitu makanan (khususnya pengolahan makanan) dan fesyen.
"Kenapa food? Karena food itu adalah basis ekonominya paling kecil. Food itu diproduksi oleh ekonomi rakyat, pesantren, maupun yang lain, dan itu mata rantainya panjang, value added besar, dan tingkat dukungan terhadap pertumbuhan ekonominya juga besar, baik pertanian yang primer maupun industri yang berkaitan dengan process food," jelas dia.
Sementara prioritas fesyen ditujukan agar bisa meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. Oleh sebab itu, Perry mendorong kerja sama semua pihak termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk terus mendukung penyelenggaraan pertunjukan fesyen halal Indonesia.
"Saya kira empat hal itu menjadi sangat penting untuk menjawab bagaimana kita mengembangkan halal value chain. Mari kita bersinergi, mari kita berkoordinasi, mari kita berjemaah untuk membangun ekonomi kita, membangun ekonomi keuangan syariah kita," pungkas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News