Ilustrasi eksplorasi migas - - Foto: dok PGN
Ilustrasi eksplorasi migas - - Foto: dok PGN

Porsi Investasi di Eksplorasi Migas Paling Buncit

Suci Sedya Utami • 19 Desember 2020 17:00
Jakarta: Eksplorasi menjadi salah satu upaya penting dalam mencapai target peningkatan produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (bscfd). Sayangnya, porsi pendanaan untuk kegiatan eksplorasi justru paling buncit dari total keseluruhan investasi di sektor hulu migas.
 
Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dari total investasi 2019 yang mencapai USD11,8 miliar, porsi untuk eksplorasi sebesar USD600 juta.
Sementara investasi yang diproyeksikan hingga akhir tahun sebesar USD10,8 miliar. Porsi untuk eksplorasi realisasinya sebesar USD600 juta pada November 2020.

"Yang perlu dicermati biaya eksplorasi sangat kecil dari total investasi," kata Direktur Operasi SKK Migas Julius Wiratno dalam webinar peran sektor hulu migas menggerakkan roda perekonomian daerah, Sabtu, 19 Desember 2020.
 
Julius mengatakan kecilnya porsi investasi di kegiatan eksplorasi dikarenakan sifat dari kegiatan tersebut memiliki nilai kecil seperti studi geologi dan geokimia (G&G), seismik, dan lain sebagainya.

Sementara itu, kegiatan yang membutuhkan pendanaan yang besar yakni pengembangan (development). Di tahun lalu, porsi investasi untuk pengembangan mencapai USD8,7 miliar dan tahun ini hingga November mencapai USD6,29 miliar.
 
"Biaya development-nya yang menjadi besar, membuat facility dan sebagainya jauh lebih besar dibanding biaya eksplorasi," ujar dia.
 
Adapun kegiatan eksplorasi yang bisa diperbesar porsinya yakni kuantitas atau jumlah volume kegiatannya. Jika Indonesia hanya melakukan pengeboran pada 40 sumur eksplorasi, jumlah tersebut masih kurang untuk mencapai target produksi migas

 
Dalam work program and budget (WP&B) 2021, angka investasi dipatok sebesar USD12,3 miliar. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan pengeboran 43 sumur eksplorasi, survei seismik 2D sepanjang 3.569 km, survei seismik 3D seluas 1.549 km2, seismik vibroseis 2D sepanjang 1.000 km, full tensor gravity (FTG) open area di wilayah Papua sepanjang 67.500 km, dan pseudo 3D seismic open area sepanjang 270 ribu km yang menjadikannya salah satu yang terpanjang di Asia Pasifik.
 
"Mau enggak mau eksplorasi harus digenjot, kalau enggak sustainability-nya bagaimana?" jelas dia.  
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan