Tarif ekspor nol tersebut berlaku untuk tuna kaleng dan cakalang kaleng dari semula 9,6 persen menjadi nol persen, serta dua pos tarif katsuobushi dengan HS Code 1604.14-091 dan tuna lainnya HS Code 1604.14-099, semula 9,6 persen menjadi nol persen.
"Alhamdulillah setelah rangkaian perundingan, akhirnya tercapai kesepakatan tarif nol persen untuk tuna tersebut. Ini kado dari KKP untuk pelaku usaha tuna," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo, dilansir Antara, Jumat, 12 Januari 2024.
Budi memaparkan dua pos tarif nol persen khususnya katsuobushi berlaku dengan persyaratan sertifikat yang menyatakan bahan baku cakalang dengan panjang minimal 30 cm.
"Kesepakatan ini akan berlaku efektif paling cepat akhir 2024 setelah proses ratifikasi antara kedua negara selesai," ujar dia.
Baca juga: Tempat Lelang Ikan di Kulon Progo Akan Dibangun Berbasis Wisata |
Jepang importir tuna dan cakalang nomor 2 di dunia
Jepang merupakan importir tuna-cakalang nomor 2 di dunia dengan nilai impor sebesar USD2,2 miliar (share 13 persen) pada 2022 setelah Amerika Serikat (share 15 persen).Negara pemasok utama tuna-cakalang ke Jepang adalah Taiwan dengan porsi 18 persen, Tiongkok sebesar 11 persen, Thailand sebesar 11 persen, sedangkan Indonesia berada di urutan ke-6 dengan pangsa tujuh persen.
Adapun untuk empat kode HS tuna-cakalang olahan, impor Jepang sebesar USD395 juta dengan pemasok utama adalah Thailand sebesar 58 persen, disusul Indonesia sebesar 18 persen, Filipina 16 persen, dan Vietnam empat persen.
Meski sudah disepakati, Budi menyebut Indonesia mengusulkan persyaratan sertifikasi panjang bahan baku cakalang minimal 30 cm diintegrasikan dengan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (SHTI) yang telah diharmonisasikan dengan Japan Catch Documentation Scheme (JCDS).
Menindaklanjuti kesepakatan ini, KKP saat ini tengah melakukan penguatan dan pengaturan di Unit Pengolah Ikan (UPI) yang akan memanfaatkan kebijakan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News