Ilustrasi, aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: MI/Usman Iskandar.
Ilustrasi, aktivitas bongkar muat beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: MI/Usman Iskandar.

Nah Lho! Perusahaan Vietnam Bantah Pasok Beras ke Bulog

Husen Miftahudin • 13 Juli 2024 10:55
Jakarta: Perusahaan asal Vietnam, Tan Long Group buka suara terkait dengan keterlibatan dalam dugaan mark up impor beras Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional.
 
Ketua Tan Long Group Truong Sy Ba menegaskan pihaknya tidak terlibat sedikitpun terkait impor beras yang dilakukan Perum Bulog. Ia menjelaskan sejak 2023 sampai saat ini, perusahaannya tidak memenangkan tender apapun dengan Perum Bulog.
 
"Sepanjang sejarah pembukaan penawaran beras Bulog, dan sejak tahun 2023 hingga sekarang kami hanya menang satu batch beras sebanyak 30 ribu ton dikirimkan melalui Posco (Korea), dan tidak secara langsung memenangkan kiriman Bulog," kata Truong Sy Ba dikutip dari laporan berita online Vietnam, CAFEF, Sabtu, 13 Juli 2024. 
 
Ia menegaskan, pihaknya tidak memenangkan pengiriman satu pun dari Bulog sebagai lembaga yang ditugaskan untuk membeli kontrak beras internasional dari Pemerintah Indonesia.
 
Truong Sy Ba mengungkap jika mengacu pada penawaran Mei, ada anggota usahanya Loc Troi yang memenangkan tender 100 ribu ton beras. Namun, Tan Long menawarkan harga yang lebih tinggi yaitu USD15 per ton, jadi dia tidak memenangkan tawaran itu.
 
Penawaran oleh Tan Long ini disampaikan langsung kepada Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang saat itu tengah berkunjung ke Vietnam. Namun, melihat penawaran harga Tan Long lebih tinggi, maka tidak diambil oleh Pemerintah Indonesia.
 
"Pada 19 Mei, Bapak Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian Indonesia berkunjung ke Vietnam, kemudian mengunjungi pabrik beras TLG di Can Tho, dan pabrik beras Hanh Phuc di An Giang, saat itu kami Ada meja yang menawarkan 100 ribu ton beras , dengan harga USD538 per ton, harga FOB. Namun jika dibandingkan dengan harga Loc Troi, mereka menemukan tawaran TLG lebih tinggi, sehingga kami tidak menang," jelas dia.
 
Jadi, Truong Sy Ba mengatakan penawaran beras USD538 per ton tidak secara resmi menawarkan harga tersebut kepada Indonesia. Namun hanya kepada Mentan Amran saat berkunjung ke Vietnam.
 
"Dalam pembicaraan ini, Menteri (Amran) bertanya kepada kami saat itu berapa harga beras yang diekspor ke Indonesia dengan metode FOB (harga di gerbang perbatasan negara penjual), dan kemudian kami menghitung harganya menjadi USD 538 per ton," lanjutnya.
 
Secara khusus, Truong Sy Ba menegaskan kembali perusaahannya ini tidak ada hubungannya dengan Bulog.
 
Baca juga: Berpotensi Merugikan Negara, KPK Didorong Selidiki Kasus Impor Beras
 

Kepala Bapanas-Dirut Bulog diadukan ke KPK

 
Sebelumnya diberitakan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi hingga Kepala Bulog Bayu Krisnamurthi dilaporkan ke KPK. Keduanya dilaporkan oleh Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto.
 
Ada dua laporan yang dibuat Hari. Pertama, berkaitan dengan adanya dugaan tindak pidana korupsi berupa mark up impor beras. Sementara yang kedua terkait masalah tertahannya beras di Pelabuhan Tanjung Priok atau demurrage.
 
Hari meminta KPK dapat segera memeriksa Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terkait dua masalah tersebut.
 
"Kami berharap laporan kami dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk Bapak Ketua KPK RI dalam menangani kasus yang kami laporkan," kata Hari di depan Gedung KPK, Jakarta, pekan lalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan