Dengan portofolio yang dimiliki dari mulai penyediaan infrastruktur, pemrosesan, transportasi, penyimpanan, bunkering dan niaga LNG, PGN bertekad mengejar target pengembangan bisnis LNG internasional, khususnya di pasar Asia.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar mengatakan bagi PGN, LNG merupakan sebuah kesempatan untuk memasuki pasar internasional, baik dari segi pengembangan infrastruktur maupun trading.
Targetnya, PGN dapat meningkatkan volume pengelolaan niaga gas bumi untuk global LNG trading hingga ±130 billion british thermal unit per day (BBTUD) untuk lima tahun pertama dan akan dikembangkan untuk tahun-tahun berikutnya.
Ia bilang permintaan gas di Asia Pasifik meningkat setiap tahunnya. Sebagai negara dengan cadangan gas yang besar, Indonesia dapat memperbesar prospek bisnis gas bumi ke negara-negara Asia Pasifik, terutama Asia Tenggara. Beberapa negara di South East Asia masuk dalam sasaran LNG Trading proyeksi permintaan sebesar 0,5 metrik ton per tahun (MTPA) atau setara dengan sembilan kargo per tahun.
"Respon positif telah didapatkan dan proses penjajagan dilakukan dengan proyeksi permintaan sekitar 18 kargo per tahun,” kata Syahrial dalam keterangan resmi, Minggu, 16 Agustus 2020.
Syahrial mengatakan upaya ekspansi bisnis LNG internasional yang telah dilakukan antara lain penandatanganan perjanjian master jual beli LNG dan proyek small-scale di Tiongkok antara PGN dan Sinopec yang bekerja sama dengan perusahaan manufaktur logistik ISO Tank.
Saat ini PGN juga tengah melakukan pengkajian untuk menginisasi ekspansi bisnis LNG, khususnya di negara-negara Asia Selatan yang berpotensi menjadi target pemasaran LNG.
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan bisnis LNG juga menjadi bagian penting dari transformasi Pertamina sebagai holding migas dan PGN sebagai subholding gas. Apalagi pada pertengahan 2019, PGN mendapat tugas dari Pertamina untuk mengelola bisnis LNG end-to-end secara penuh.
“PGN mengambil peran dan melakukan langkah-langkah strategi untuk memanfaatkan segala peluang LNG yang ada, diantaranya melalui pengelolaan FSRU,” imbuh Rachmat.
PGN memiliki dua Floating Storage Regasification Unit (FSRU) yaitu FSRU Lampung di Labuhan Maringgai dengan kapasitas 1,5 juta-1,7 MTPA dan volume penyaluran mencapai 240 dan FSRU Jawa Barat, serta regasifiksi darat PT Perta Arun Gas di Arun Lhokseumawe Aceh. Selama ini, PGN telah menyalurkan gas bumi hasil regasifikasi LNG lebih dari 250 BBTUD.
“Ada beberapa anak perusahaan PGN yang turut menjadi menyokong portofolio LNG yaitu Nusantara Regas yang memiliki kapabilitas regasifikasi LNG, tetapi memang ditujukan untuk mendukung sektor kelistrikan nasional. Kemudian, PT Perta Arun Gas yang dikembangkan sebagai hub LNG dengan kapasitas regasifikasi 450 mmscfd dan memiliki empat tangki di darat dengan kapasitas masing-masing 125 ribu meter kubik dan PT Pertagas Niaga yang berkontribusi pada bidang niaga retail LNG,” jelas Rachmat.
Rachmat mengatakan dengan mengoptimalisasi portofolio domestik tersebut dapat menjadi bekal PGN melaksanakan inisiasi ekspansi bisnis LNG ternasional. PGN juga akan berintegrasi dengan holding Pertamina untuk optimalisasi portofolio LNG di pasar internasional.
Rachmat mengatakan dalam rencana bisnis ini tentu terdapat tantangan, salah satunya adalah ketidakpastian harga minyak dunia yang bisa menyebabkan harga LNG menjadi tidak kompetitif.
Dalam menyikapi hal tersebut, dilakukan sinergi dengan pihak lain dalam rangka mengoptimalkan pengetahuna yang dimiliki, sehingga jasa atau produk yang ditawarkan memiliki nilai jual yang lebih baik. Lebih lanjut, Rachmat menjelaskan kualitas SDM juga akan ditingkatkan agar dapat mendukung dinamika pengembangan bisnis perusahaan.
“Merujuk pada rencana jangka panjang perusahaan, PGN akan mengoptimalkan peluang untuk pengembangan bisnis global trading dan overseas marketing dengan memanfaatkan sumber daya LNG Sourcing yang dimiliki dan kemampuan perusahaan dalam penyediaan infrastruktur hilir,” tutup Rachmat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News