Hal ini terjadi lantaran pasokan komponen bahan baku yang diproduksi di Tiongkok mengalami pelemahan usai setop beroperasi.
"Industri elektronik itu memang dia (Tiongkok) yang menjadi masalah, bukan hanya di Indonesia ya," kata Agus ditemui saat berkunjung ke pusat riset OMAI di Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences, Cikarang, Jawa Barat Rabu, 11 Maret 2020.
Industri elektronika di Tanah Air juga mulai merasakan dampak penurunan arus aktivitas perdagangan dengan Tiongkok akibat virus korona. Arus pasokan komponen dan bahan baku dari Negara Tirai Bambu itu tersendat sehingga mengancam kegiatan produksi dan ekspor industri elektronika nasional.
Hingga saat ini, bahan baku dan komponen produk elektronika RI masih menggunakan komponen impor dari Tiongkok karena sisi harga yang lebih diinginkan pelaku industri. Besarnya komponen yang dipasok Tiongkok pun dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor.
Menurut Agus, masalah yang dihadapi industri elektronika Indonesia saat ini juga dirasakan seperti Korea Selatan (Korsel), satu di antara negara dengan jumlah industri elektronika terbesar. Kelangkaan bahan baku di negara Korsel pun mesti berujung pada penutupan lini produksi.
"Bahkan saya dengar sudah ada beberapa pabrik di Korsel yang tutup ya akibat kekurangan bahan baku elektronika," ujarnya.
Pemerintah, kata Agus, saat ini terus mengupayakan agar sektor industri elektronika bisa terus bertahan atau bahkan bisa tetap tumbuh pada 2020. Dukungan Pemerintah dalam bentuk kebijakan kemudahan alternatif impor bahna baku maupun stimulus fiskal bagi industri manufaktur terdampak covid-19 saat ini tengah dikaji.
"Beberapa negara di muka bumi ini memang ada ketergantungan yang luar biasa besar terhadap bahan baku dari Tiongkok, misalnya microchip, chip itu untuk bahan baku elektronik itu sekarang sangat susah," ungkapnya.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan pihaknya sudah menyampaikan masukan terkait rencana pemerintah yang akan kembali merilis insentif sebagai antivirus untuk mengurangi dampak penyebaran virus korona ke ekonomi.
"Kemudahan-kemudahan perizinan, dan juga apakah dari sisi fiskal insentif itu kita sedang bicarakan juga," kata Rosan ditemui di Hotel Four Season, Jakarta Selatan, belum amat.
Menurut Rosan, dampak covid-19 sudah sangat terasa mengganggu terhadap kelangsungan industri elektronik di Tanah Air. Kondisi ini juga ikut berdampak pada kinerja ekspor lantaran ketersediaan bahan baku yang stoknya makin menipis. Bisa jadi, penutup lini operasi juga dilakukan bila tidak diantisipasi.
"Terus terang di sektor elektronik, kalau kita lihat kan impor kita 26 persen dari Tiongkok dan top three bahan baku untuk elektronik, laptop dan layar datar itu paling besar, itu kita minta untuk berikan relaksasinya," papar Rosan.
Kemudahan izin impor bahan baku dan bahan penolong tersebut, kata dia ditujukan untuk dipasok dari negara selain Tiongkok agar mendapat alternatif pasokan. Namun demikian, skema ini masih dirasakan cukup sulit untuk dilakukan dalam waktu singkat.
"Terutama untuk impor, terutama bahan baku dan penolong dimudahkan. Ini yang sebagian besar dari Tiongkok mengalami kendala dari supply side. Kita minta untuk kemudahan dalam rangka cari substitusi dan juga negara-negara lain walaupun tidak gampang," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News