Ilustrasi berbagai jenis pupuk - - Foto: MI/ Safir Makki
Ilustrasi berbagai jenis pupuk - - Foto: MI/ Safir Makki

Harga Pupuk Sudah Naik 3 Kali Lipat Sebelum Perang Rusia-Ukraina, Ini Penjelasan Pakar

Antara • 05 April 2022 21:24
Jakarta: Guru besar IPB Dwi Andreas Santosa menyebut harga pupuk sudah naik hingga tiga kali lipat sebelum terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.
 
"Pupuk urea sebelum konflik Rusia-Ukraina, sampai Oktober tahun lalu untuk urea sudah naik tiga kali lipat," kata Dwi saat dihubungi, Selasa, 5 April 2022.
 
Andreas mengatakan seluruh pupuk yang berbasis nitrogen juga sudah mengalami kenaikan antara dua sampai dua setengah kali lipat. Pupuk yang mengandung nitrogen seperti NPK, sementara di pasar internasional dikenal dengan pupuk amonium fosfat naik cukup tinggi.

Kenaikan harga pupuk tersebut, kata Andreas, disebabkan oleh melonjaknya harga gas alam dunia sejak akhir tahun lalu karena permintaan yang juga meningkat di seluruh dunia.
 
Selain itu, harga pupuk kembali meningkat disebabkan oleh konflik antara Rusia dan Ukraina. Kenaikan harga pupuk dikarenakan pasokan pupuk dari Rusia terganggu akibat negara tersebut masih dalam status perang dengan Ukraina.
 
"Rusia ini adalah eksportir terbesar pupuk di dunia. Yang diekspor Rusia itu ada amonium, ada urea, ada potasium yang terbesar. Jadi, sudah barang tentu ini terganggu juga akibat perang Rusia-Ukraina, sehingga ada potensi harga pupuk akan terus naik," jelasnya.

 
Bahkan, Andreas memprediksi kenaikan harga pupuk masih akan terus berlanjut selama Rusia masih berperang dengan Ukraina. Adapun kenaikan harga pupuk ini sangat menekan kondisi petani yang semakin terpuruk. Hal tersebut karena petani membutuhkan pupuk komersial atau nonsubsidi untuk memenuhi pemupukan di luar pupuk subsidi.
 
Dengan pengurangan jenis pupuk yang disubsidi oleh pemerintah akan berdampak pada petani di beberapa wilayah. Pasalnya, sejumlah wilayah di Indonesia membutuhkan unsur hara lain seperti ZA atau amonium sulfat, fosfat, dan sebagainya.
 
"Kebijakan pemerintah yang akan mengurangi jenis pupuk subsidi menjadi hanya urea dan NPK saja terlalu berisiko karena bisa menyebabkan penurunan produksi pangan, khususnya padi," pungkas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan