"Subholding ini harus dapat memanfaatkan peluang dari derasnya arus masuk investasi ke Indonesia yang memerlukan dukungan kawasan industri dengan fasilitas terintegrasi dan berstandar internasional," kata Erick dikutip dari laman Krakatau Steel, Rabu, 14 Juli 2021.
Erick mengungkapkan pihaknya mendukung pembentukan subholding Sarana Infrastruktur sebagai bagian transformasi PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan.
Sementara itu, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan subholding Sarana Infrastruktur memiliki pondasi yang kuat secara finansial. Penggabungan empat perusahaan anak Krakatau Steel tersebut memiliki pendapatan Rp3,4 triliun dan nilai EBITDA sebesar Rp1 triliun pada 2020 dan akan terus berkembang seiring dengan pertumbuhan kebutuhan kawasan industri di Indonesia.
"Subholding Sarana Infrastruktur Krakatau Steel ini diproyeksikan dapat menghasilkan pendapatan hingga Rp7,8 triliun di lima tahun mendatang. Sementara untuk EBITDA diproyeksikan meningkat mencapai Rp2,2 triliun di 2025," jelas Silmy.
Subholding Sarana Infrastruktur merupakan perusahaan hasil integrasi dari beberapa anak perusahaan Krakatau Steel.
Perusahaan baru itu bergerak di layanan kawasan industri terintegrasi dengan empat area utama yang terdiri dari kawasan industri, penyediaan energi, penyediaan air industri, dan pelabuhan.
Adapun anak perusahaan yang bergabung adalah PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC), PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), dan PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News