Reaktivasi ini diharapkan mampu membuka perbatasan Batam-Bintan sebagai pilot project dengan negara tetangga, Singapura. Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Addin Maulana menjelaskan pihaknya sudah menyusun peta zona dan rute aman berwisata.
"Karena tidak semua destinasi bisa dibuka untuk umum, beberapa harus dipilih dan ditentukan mana yang dibuka untuk pilot project, mana yang tidak," kata Addin dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat, 16 April 2021.
Kemudian memaksimalkan vaksinasi demi menciptakan herd immunity untuk penduduk lokal, pekerja pariwisata, maupun tenaga kesehatan. Ketiga, sertifikasi end to end, yang dimaksud adalah penerapan protokol kesehatan.
Mulai dari ketibaan di negara tujuan, proses imigrasi, pengambilan bagasi, penyewaan mobil, check in dan check out hotel, mengakses layanan-layanan di destinasi wisata, penerbangan pulang, dan ketibaan kembali di negara asal.
Kemenparekraf juga melakukan observasi lapangan untuk memastikan protokol CHSE diterapkan dengan benar. Karena kami perlu memastikan sertifikasi CHSE yang diberikan tidak hanya berupa sertifikasi saja, tetapi pelaksanaan dari CHSE tersebut dilakukan secara ketat dan disiplin.
Sementara Staf Ahli Menteri Bidang Sosial, Budaya, dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Kementerian Luar, Siti Nugraha Mauludiah, menekankan bahwa reaktivasi pariwisata ini hanya dapat dilakukan apabila Batam-Bintan telah memenuhi indikator siap dan aman. Hal ini dilakukan untuk mencegah peningkatan covid-19.
“Kami berharap agar dalam waktu dekat seluruh kriteria reaktivasi ini dapat dicapai oleh Batam dan Bintan,” jelas Siti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id