"Pasar notebook itu sangat menarik bagi kita, pasarnya mencapai Rp6 triliun per bulan," kata Senior GM Divisi Penjualan Domestik SEID Andy Adi Utomo, dikutip dari Antara, Minggu, 21 Maret 2021.
Ia mengatakan setiap bulan sekitar 120 ribu unit notebook terjual di Indonesia dengan nilai mencapai Rp6 triliun. "Ini membuat kami tertarik sekali, luar biasa pasarnya," ujar Andy.
Namun pasar notebook yang besar tersebut, lanjut dia, berada di segmen harga di bawah Rp6 juta per unit, yang saat ini Sharp melalui Dynabook belum masuk ke segmen tersebut.
Dynabook merupakan notebook Toshiba yang dipasarkan Sharp di Indonesia, dengan lini harga Rp8 juta hingga Rp14 juta lewat varian Satellite Pro L-40 G dan Satellite Pro C-40 H.
Andry mengakui sebagai pemain baru di bisnis notebook di Indonesia tidak mudah, meskipun merek Jepang dan Toshiba pernah terkenal sebagai merek notebook di Indonesia lewat varian Tecra, Portege, di samping Satellite.
"Respons pasar cukup bagus, saat ini penjualan kami sekitar 500 unit per bulan," katanya.
Untuk lebih memperluas penetrasi, pihaknya berencana akan masuk ke segmen notebook dengan harga sekitar Rp6 juta per unit pada tahun ini.
"Target penjualan kita tahun ini sekitar 6.000 unit," ungkap Head Marketing AUVI Product Strategy Division SEID Ardy.
Untuk itu pihaknya akan memperkuat brand awareness Dynabook, memperluas jaringan penjualan dan menyiapkan tenaga penjualan khusus notebook, mengingat Sharp lebih dikenal dan kuat dalam pemasaran barang elektronik rumah tangga.
Selain itu, lanjut Ardy, Sharp juga bakal memperkuat pemasaran B to B seperti mengincar pembelanjaan BUMN maupun pemerintah, khususnya bidang pendidikan untuk pembelian notebook.
Seiring meredanya penularan covid-19 dan rencana dibukanya kembali sekolah pada semester II tahun ini, Ardy menilai sebagai ancaman terhadap pasar notebook. "Dengan kondisi itu pasar akan sedikit turun," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News