Jakarta: Pemerintah menetapkan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai sektor-sektor strategis dalam penerapan revolusi industri 4.0. Hal tersebut seiring tingginya permintaan pada sektor tersebut di tengah pandemi covid.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing sektor industri alat kesehatan dan farmasi dengan mendorong transformasi teknologi berbasis digital.
"Pemanfaatan teknologi digital dimulai dari tahapan produksi hingga distribusi kepada konsumen,” kata Agus, dilansir dari laman resmi Kemenperin, Kamis, 15 April 2021.
Dalam rangkaian Hannover Messe 2021: Digital Edition, Kemenperin membagikan kebijakan percepatan implementasi industri 4.0 di sektor farmasi serta kimia dalam sesi talkshow “Navigating the Journey of 4.0: Pharmaceutical and Chemical Industry”.
Salah satu pembicara, Sekretaris Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Arianti Anaya menyampaikan Kemenkes telah membuat sebuah peta jalan untuk mengakselerasi perkembangan industri farmasi dan alat kesehatan menuju industri 4.0. Hal tersebut sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 yang dipimpin oleh (Kemenperin).
Arianti menyampaikan peta jalan ini mengakselerasi perkembangan industri farmasi dan alat kesehatan, mencakup langkah yang harus dilalui, target perkembangan produk, serta jangka waktu. Target dari peta jalan tersebut adalah kemajuan industri untuk menghasilkan produk bahan baku yang berteknologi tinggi.
“Guna mewujudkan peta jalan tersebut, dibutuhkan sinergi antara stakeholders guna meningkatkan kapabilitas dari pabrik untuk memproduksi alat kesehatan yang diperlukan,” ujar Arianti.
Ia menyebut ada pertumbuhan sarana produksi alat kesehatan yang terus meningkat. Dari 193 perusahaan di 2015, telah mencapai 891 perusahaan pada 2021. Artinya dalam lima tahun terakhir, industri alat kesehatan dalam negeri tumbuh sebanyak 698 industri atau meningkat 361,66 persen.
PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi bahan baku obat dan bahan baku kosmetik, yang dalam operasionalnya tengah berupaya mengimplementasikan pemanfaatan revolusi industri 4.0.
Operation Manager Kimia Farma Sungwun Pharmacopia Randy Kelana mengatakan, perusahaan tersebut telah mengimplementasikan industri 4.0 untuk konektivitas. Ini dilakukan dengan mengintegrasikan dan mengonsolidasikan anak perusahaan Kimia Farma, sehingga keputusan strategis dapat lebih cepat ditetapkan.
“Bahkan konektivitas tersebut tidak hanya untuk Kimia Farma saja, tetapi untuk semua holding farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” kata Rendy.
Menurut data Kementerian Kesehatan, sampai 2021, terdapat 271 industri formulasi farmasi, 17 industri bahan baku farmasi,132 industri obat tradisional, 18 industri ekstraksi hasil alam. Angka tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Produk farmasi dan alat kesehatan di Indonesia telah diekspor ke beberapa negara, seperti Belanda, Inggris, Polandia, Nigeria, Kamboja, Vietnam, Filipina, Myanmar, Singapura, Korea Selatan, serta Amerika Serikat
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id