Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar mengatakan TINS berharap kontribusi pendapatan di luar bisnis timah ini terus tumbuh dan mampu menopang keberlanjutan bisnis ke depan. Ia mengklaim TINS memiliki batu bara yang berkalori tinggi dan diminati pasar.
"Dengan harga batu bara yang relatif stabil, dan diharapkan tingkat produksi di level 500-750 K ton pada 2021 akan berdampak positif terhadap kinerja finansial perseroan," kata Abdullah, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 8 Mei 2021.
Untuk diketahui berdasarkan laporan keuangan, pendapatan usaha TINS pada tiga bulan pertama 2021 sebesar Rp2,44 triliun atau lebih rendah dibandingkan dengan di kuartal I-2020 yang sebesar Rp4,43 triliun.
Namun berkat efektivitas manajemen biaya, TINS berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp131 miliar atau naik ketimbang kuartal I-2020 yang minus sebesar Rp434 miliar. Lalu, untuk laba tahun berjalan kuartal I-2021 TINS mencatat sebesar Rp10 miliar. Angka ini membaik karena pada tahun lalu di kuartal pertama TINS mencatat rugi sebesar Rp413 miliar.
Sementara dari sisi kinerja operasi setelah dipukul oleh pandemi TINS mulai menambah armada penambangan offshore secara bertahap. Produksi bijih timah pada kuartal I-2021 tercatat sebesar 5.025 ton. Sebanyak 61 persen berasal dari offshore.
Sedangkan untuk produksi logam timah pada kuartal I-2021 masih terkoreksi 63 persen menjadi 5.220 ton dan penjualan logam timah terkoreksi 66 persen menjadi 5.912 ton. Adapun fluktuasi harga logam timah di LME bergerak di rentang harga yang terbatas, dan diramalkan masih akan terus kinclong sampai dengan akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News