Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pun mendorong pengembangan budi daya udang di wilayah Provinsi Sumatra Barat. Hal ini ia utarakan dalam pertemuan dengan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah-Audi Joinaldy.
Ia bilang, provinsi tersebut memiliki potensi lahan yang besar untuk budi daya komoditas perikanan jenis udang. Selain itu, pasar udang yang menjanjikan serta adanya teknologi untuk meningkatkan produksi, menjadi alasan Trenggono mendorong Pemda Sumbar untuk mengembangkan udang.
Sumbar memiliki potensi tambak perikanan air payau seluas 7.700 hektare, namun yang baru dimanfaatkan seluas 150 hektare untuk tambak udang vaname. Jumlah produksi udang tersebut tahun lalu mencapai 2.063 ton yang seluruhnya didistribusikan untuk kebutuhan pasar lokal.
"Pasar udang besar sekali, USD24 miliar per tahun di dunia. Itu peluang bagi kita," ujar Menteri Trenggono di kantor KKP, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Mei 2021.
Untuk mencapai target tersebut KKP telah meluncurkan beberapa program, di antaranya tambak udang milenial, klaster tambak udang berkelanjutan, dan yang terbaru shrimp estate. Operasional tambak-tambak tersebut berbasis teknologi dan ramah lingkungan.
Teknologi tambak yang banyak dipakai saat ini meliputi semi-intensif, intensif, bahkan ada yang supra-intensif, dengan hasil panen mencapai puluhan ton udang vaname per haktare. Jauh lebih tinggi dibanding tambak udang konvensional yang hasil produksinya sekitar satu ton per haktare, bahkan kurang dari itu.
Meski mendorong peningkatan produktivitas tambak udang di Indonesia, Trenggono menekankan pentingnya tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dia tidak ingin produktivitas tambak udang malah mengancam kelestarian ekosistem perikanan yang ada di sekitar tambak, sebab juga akan mengancam kelangsungan usaha yang sudah dibangun.
"Kita tidak boleh mengabaikan lingkungan. Penerapan ekonomi biru itu sangat penting, dan kita sedang menuju ke sana," ujar dia.
Dalam merespons dorongan tersebut, Ansharullah ingin mengajak Trenggono mengunjungi Sumbar untuk meninjau langsung aktivitas perikanan di sana, termasuk meninjau tambak-tambak yang sudah berproduksi.
"Apa yang kita pikirkan ternyata sama, Pak. Tambak udang ini memang besar sekali potensinya sehingga perlu adanya pengembangan," tutur Ansharullah.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut dibahas juga tentang potensi perikanan lokal di antaranya ikan garing. Menteri Trenggono mengimbau pemda untuk tetap konsisten menjaga kelestarian ikan tersebut, di tengah tingginya permintaan dan harga jual yang menggiurkan.
Seperti diketahui, ikan air tawar yang sering disebut mirip dengan salmon itu memiliki harga jual mencapai Rp400 ribu per kilogram. Ikan ini biasa hidup di sungai-sungai berarus deras.
Untuk menjaga kelestarian ikan lokal di Sumatera Barat, pemda terus mempertahankan tradisi Lubuk Larangan, yakni ikan hanya boleh dipanen dari sungai satu tahun sekali, dan yang boleh diambil pun hanya ikan-ikan berukuran besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id