Ilustrasi pasokan gas industri - - Foto: Antara/ Akbar
Ilustrasi pasokan gas industri - - Foto: Antara/ Akbar

Dapat Harga Gas Khusus, Industri Siap Tambah Investasi Rp192 Triliun

Suci Sedya Utami • 01 Juli 2021 14:46
Jakarta: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai pemberlakuan harga gas industri sebesar USD6 per million british thermal unit (MMBTU) dapat memberikan efek ganda yang luas. Mulai dari peningkatan utilitas produksi dan nilai ekspor hingga penambahan investasi.
 
Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Fredy Juwono mengatakan dampak positif ini akan memacu daya saing sektor manufaktur dan pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi covid-19.
 
"Penerapan kebijakan gas industri dengan harga tertentu ini sebagai wujud nyata upaya pemerintah dalam rangka menciptakan iklim usaha yang kondusif. Diharapkan gairah usaha dari sektor industri bangkit kembali di tengah kondisi pandemi saat ini," kata Fridy, Kamis, 1 Juli 2021.
 
Fridy menyebutkan dari 176 perusahaan yang menerima harga gas tertentu saat ini, sebanyak 29 perusahaan sudah melaporkan rencana menambah investasi dengan nilai mencapai Rp192 triliun.

"Terdapat 53 proyek dan beberapa di antaranya akan melibatkan ekspansi dari perusahaan multinasional," tutur dia.

 
Nilai investasi paling besar berasal dari sektor industri pupuk dan petrokimia dengan 16 proyek dari 11 perusahaan yang nilai investasinya menembus Rp112,86 triliun. Selanjutnya, sektor industri baja dengan 17 proyek dari enam perusahaan yang nilai investasinya menyentiuh Rp70,98 triliun.
 
Rencana investasi lainnya yakni dari sektor industri oleokimia dengan jumlah lima proyek dari empat perusahaan yang nilai investasinya sebesar Rp4,54 triliun. Kemudian ada dari sektor industri sarung tangan karet dengan lima proyek dari tiga perusahaan yang nilai investasinya sebesar Rp567 miliar. Terakhir, dari salah satu perusahaan kaca dengan nilai investasi sekitar Rp174 miliar.
 
"Dampak lain dari harga gas tertentu ini adalah utilisasi industri kaca yang meningkat hingga 100 persen, industri keramik 78 persen, dan industri baja 51,2 persen," ujar Fridy.
 
Selain itu, dari sisi ekspor komoditas oleokimia mencatatkan peningkatan hingga 26 persen sepanjang 2020. Dari ekspor keramik juga meningkat 25 persen pada tahun lalu.

 
"Apalagi, pemerintah membidik target ekspor yang cukup besar dan rencana meningkatkan substitusi impor 35 persen pada 2022," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan