Hal inilah tampaknya yang sedang dialami dunia. Sayangnya, trilema energi ini terjadi di tengah upaya pemerintah melakukan percepatan transisi energi di Tanah Air.
Konsep trilema energi fokus pada tiga hal penting dalam pengelolaan energi, yaitu:
- Ketahanan energi atau energy security.
- Keterjangkauan biaya energi atau energy affordability.
- Keberlanjutan lingkungan atau environmental sustainability.
"Memastikan energy security dan energy affordability, menjadi prioritas utama bagi Indonesia, sambil tetap melakukan berbagai upaya untuk menurunkan emisi karbon dalam mencapai Net Zero Emmision (NZE) di 2060," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati kala menjadi pembicara di acara Konvensi dan Pameran Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-47 di ICE, BSD City, Tangerang, Selasa 25 Juli 2023.
Menurut Nicke, setiap negara memiliki urgensi yang berbeda dalam merespons energi trilema, tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Selain itu, semua negara di dunia termasuk di Asia Tenggara, pada 2022 dihadapkan pada kebutuhan untuk menyeimbangkan kembali ketahanan energi, inflasi, dan target energi bersih. Hal ini tak lepas dengan kondisi geopolitik, termasuk dampak konflik Rusia-Ukraina tak kunjung selesai.
Tak hanya itu, negara maju cenderung mengonsumsi energi per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang. Ini sebagian besar disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi, akses yang lebih baik ke teknologi, dan akses yang lebih besar ke sumber energi.
"Indonesia memegang peran penting di panggung global dalam transisi energi karena memiliki kekayaan alam dan lokasi yang strategis. Dibutuhkan kolaborasi global untuk mendukung transisi energi bersih," tegas Nicke.

Direktur utama Pertamina Nicke Widyawati. Foto: dok Pertamina
Roadmap Pertamina hadapi trilema energi
Adapun roadmap Pertamina saat ini menggunakan strategi mendekarbonisasi bisnis karbon positif, mengembangkan bisnis karbon netral, dan memberikan kompensasi kepada bisnis karbon negatif, yang akan menghasilkan emisi nol karbon.
Sejalan dengan strategi tersebut, ada sejumlah komitmen yang dijalankan perusahaan pelat merah ini dalam mendukung ketahanan energi, di antaranya:
Meningkatkan produksi migas
Pertamina terus mendukung target pemerintah Indonesia, untuk meningkatkan produksi migas. Produksi minyak ditargetkan meningkat menjadi satu juta barel per hari dan gas meningkat sebesar 12 BSCFD.
Memudahkan masyarakat mengakses energi
Pertamina juga memastikan ketersediaan, aksesibilitas, keterjangkauan, akseptabilitas, dan keberlanjutan energi bagi masyarakat. Salah satunya dengan menggulirkan program yang memudahkan masyarakat dalam mengakses energi. Antara lain program One Village One Outlet (OVOO), Pertashop, dan Program BBM Satu Harga di daerah terpencil.
Dekarbonisasi aktivitas bisnis dan operasi
Pertamina juga berkomitmen melakukan dekarbonisasi dalam aktivitas bisnis dan operasinya. Salah satunya, dengan mengintegrasikan pabrik kimia dan biofuel. Hal ini guna memastikan transisi energi tidak akan mengganggu ketahanan energi.
Green operation
Pertamina berkomitmen mendukung komitmen pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emmision pada 2060. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengubah cara beroperasi dan berbisnis menjadi green operation.
Alokasi anggaran untuk bisnis rendah karbon
Sebagai bentuk komitmen, lanjut Nicke, Pertamina juga telah mengalokasikan 15 persen dari total capex untuk pengembangan portofolio bisnis rendah karbon/hijau. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata perusahaan energi lainnya.
Bisnis energi bersih
Selanjutnya, Pertamina melalui Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) juga terus membangun portofolio bisnis energi bersih yang luas. Hal itu sebagai fokus utama guna mendukung tujuan dekarbonisasi Pertamina dan Indonesia.
Teknologi CCS/CCUS
Pertamina, masih menurut Nicke, juga mulai menerapkan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dengan melakukan injeksi pertama C02 di Lapangan Pertamina EP Jatibarang, Jawa Barat. "Teknologi CCUS merupakan sebuah teknologi yang mampu meningkatkan produksi minyak dan gas melalui CO2-EOR sekaligus mengurangi emisi GRK secara signifikan," kata Nicke.
Bangun kemitraan strategis
Pertamina juga membangun kemitraan strategis dengan BUMN Agroforestri untuk memimpin upaya dekarbonisasi melalui proyek Nature Base Solutions (NBS). Pertamina telah mengidentifikasi sembilan wilayah dengan potensi pengurangan Gas Rumah Kaca sebesar 11 juta ton per tahun CO2e.

Pertamina kembangkan energi terbarukan melalui desa energi berdikari. Foto: dok Pertamina.
2 strategi kurangi perubahan iklim
Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina berperan penting dalam mengurangi perubahan iklim. Pertamina menjalankan dua strategi utama, yakni upaya dekarbonisasi (pengurangan emisi) pada operasional bisnis existing, serta membangun dan mengembangkan energi transisi, melalui green business seperti hydrogen, ammonia, dan CCUS.
Tak hanya itu, Pertamina memiliki mandat untuk menjaga kedaulatan energi Indonesia. Namun, lebih dari mandat tersebut, Perseroan juga mendukung upaya Pemerintah dalam mencapai Net Zero Emission sebagai upaya menjaga perubahan iklim. Untuk itu, Pertamina meningkatkan alokasi investasinya pada bisnis baru terbarukan, terutama melalui subholding Pertamina New and Renewable Energy (PNRE).
"Pendapatan Pertamina saat ini dikontribusi dari bisnis fosil. Namun pada masa mendatang, energi baru terbarukan akan meningkat. Itulah yang mendorong kami meningkatkan nilai investasi untuk memperkuat bisnis baru terbarukan tersebut," jelas Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini, saat Panel Diskusi bertajuk on the Prospect of Green Infrastructure Investment Across Different Areas of the Indo-Pacific, pada acara ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF), Rabu, 6 September 2023.
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan green energy, termasuk geotermal (panas bumi) dan pembangkit listrik tenaga gas. Pertamina memiliki kapasitas panas bumi (geotermal) sebesar 700 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga gas berkapasitas 1,8 gigawatt (GW).
Pertamina pun optimistis akan memperoleh pendanaan green financing untuk program-program green business tersebut. "Melalui metodologi operasional yang berkelanjutan (green operating model) dan skor Environmental, Social & Governance (ESG) yang baik, kami yakin Pertamina akan menjadi investasi yang menarik bagi investor," kata Emma.
Saat ini, Pertamina memiliki skor ESG 22,1 dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics dan dinilai memiliki tingkat risiko Medium. Dengan skor tersebut, Pertamina berada di peringkat 2 secara global dalam sub-industri Integrated Oil & Gas oleh Sustainalytics.
Melalui seluruh upaya tersebut, bukan tak mungkin dunia dan juga Indonesia akan terbebas dari trilema energi. Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG's).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News