Pada 2004, Pemerintah Tiongkok membangun kereta api cepat pertamanya untuk menghubungkan dua kota penting, Beijing-Tianjin. Pembangunan tersebut berlangsung selama empat tahun, layanan ini disiapkan untuk menyambut perhelatan Olimpiade Beijing 2008.
Jarak sejauh 120 km ditempuh hanya dalam waktu 33 menit. Ada lima Stasiun yang dilayani yaitu Beijing South Railway, Yizhuang, Yongle, Wuqing, dan Tianjin.
Kereta api cepat jadi andalan mobilitas masyarakat
Tiongkok sendiri menjadi negara yang memiliki jaringan kereta api cepat paling banyak di dunia atau mencapai dua pertiga dari keseluruhan jumlah jalur yang ada. Pada 2022, Tiongkok mengoperasikan 42 ribu km jalur kereta api cepat, jauh lebih banyak dari pesaing terdekatnya yaitu Spanyol dan Jepang yang memiliki jalur kereta api cepat sepanjang 3.000 km.
Kereta api cepat di Tiongkok menjadi andalan masyarakat yang sejak pertama kali dibuka, jumlah penumpangnya telah mencapai lebih dari 10 miliar penumpang di 2019. Pada 2021, kereta api cepat di Tiongkok melayani 1,9 miliar penumpang per tahun atau rata-rata 160 juta penumpang per bulan.
Meskipun industri kereta api cepat Tiongkok baru dimulai 2004, namun pengalamannya dalam pembangunan dan pengembangan tidak bisa disepelekan. Pasalnya, Tiongkok adalah negara dengan berbagai iklim dan teknologi mereka bisa menyesuaikan mulai dari wilayah yang paling dingin dengan suhu minus 40 derajat celsius di utara, wilayah panas di daerah selatan, dan wilayah dengan tanah yang sangat keras dan kering di Tibet.
Di samping itu kehadiran kereta api cepat di Tiongkok, diakui membantu mobilitas warganya terutama mereka yang memiliki urusan pekerjaan di Beijing dan Shanghai. Sebelum adanya kereta api cepat, perjalanan bisnis dari Beijing ke Shanghai dan sebaliknya, bisa mereka tempuh hingga dua hari.
Namun dengan menggunakan kereta api cepat, perjalanan bisnis mereka bisa diselesaikan dalam satu hari kerja saja. Sebab kereta api cepat tersedia setiap 20 menit sekali, mengingat waktu tempuh mereka yang lebih cepat dari kereta konvensional.
Diterapkan di Kereta Api Cepat Jakarta Bandung
Kondisi tersebut serupa dengan yang akan diterapkan pada layanan Kereta Api Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang disiapkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China. KCJB memiliki panjang rute sejauh 142,3 km.
Waktu tempuh antara wilayah Jakarta-Bandung nantinya hanya sekitar 36 menit sampai 45 menit saja. Kemudian melayani empat stasiun yaitu Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar.
KCJB akan menggunakan kereta generasi terbaru yakni CR400AF yang merupakan pengembangan dari tipe CRH380A oleh CRRC. CR400AF memiliki kecepatan desain hingga 420 km per jam dan kecepatan operasional hingga 350 km per jam.
"Kecepatannya melebihi kecepatan kereta api cepat buatan Jepang yang mencapai 320 km per jam atau Jerman yang mencapai 330 km per jam," tulis siaran pers KCIC, dikutip Rabu, 1 Maret 2023.
Baca juga: Menlu Tiongkok Janjikan Penyelesaian Kereta Cepat Tidak Molor |
Transfer teknologi di proyek KCJB
Proyek Kereta Api Cepat Jakarta Bandung adalah salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merupakan proyek pembangunan kereta api cepat pertama di wilayah Asia Tenggara. Proyek ini juga merupakan proyek penting di mata internasional, karena proyek ini melibatkan dua negara besar yang diwakili oleh BUMN Indonesia dan Tiongkok.
Besarnya perhatian yang diberikan kedua pemerintah juga terlihat langsung dari rutinnya kunjungan dan perhatian yang ditunjukkan kedua belah pemerintah pada proyek ini hingga adanya agenda khusus pelaksanaan showcase KCJB pada saat G20 yang langsung disaksikan oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden RRT Xi Jinping.
Tiongkok juga memberikan jaminan transfer teknologi dan knowledge kepada putra putri Indonesia melalui training dan internship sehingga KCIC dapat mengelola dan mengoperasikan KCJB. Proses transfer teknologi dan knowledge selama periode konstruksi di antaranya pengalihan teknologi slab track dan fasilitas produksi dari kontraktor Tiongkok ke kontraktor lokal. Dari sisi tenaga kerja, keberadaan proyek KCJB juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar.
"Kehadiran teknologi dan transfer knowledge dari negara dengan pengalaman yang dan perkembangan kereta api cepat di dunia ini sangat berharga bagi kemajuan Indonesia. KCIC bersama seluruh stakeholders akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan kehadiran kereta api cepat pertama di Asia Tenggara," ucap Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News