"Kami ingin dorong konsolidasi petani padi untuk masuk koperasi dengan konsep korporatisasi petani agar produknya efisien dan ekonomis, sehingga kesejahteraan petani meningkat," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, dilansir dari Antara, Minggu 19 September 2021.
Selain itu, ia menyatakan, pembangunan kelembagaan ekonomi petani sangat penting agar ketahanan pangan lebih terjamin. Menurut Teten, sektor pangan saat ini memiliki banyak permintaan baik di pasar lokal maupun di pasar global. Karena itu, ujar dia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harus dapat memanfaatkan keunggulan pangan domestik.
Hal ini disebabkan masih banyak berbagai produk pangan yang masih impor, seperti jagung, kedelai, bawang putih, gula, susu, dan daging sapi. Adapun komoditas dengan permintaan terbanyak di dunia, lanjutnya, adalah buah dan rempah.
"Kita harus sudah mulai membidik UMKM masuk di sektor-sektor yang memiliki keunggulan domestik. Dunia sudah melihat apa yang menjadi keunggulan domestik negaranya masing-masing," tuturnya.
Dia mengaku optimistis bahwa Indonesia dapat mewujudkan ketahanan pangan melalui pembenahan kelembagaan, termasuk akses pembiayaan. Saat ini, dinyatakan porsi kredit UMKM di Indonesia baru 19,8 persen, tertinggal dibandingkan dengan Singapura yang sebesar 39 persen, Malaysia dan Thailand 50 persen, serta Korsel 81 persen.
Presiden Joko Widodo, ucap Teten, meminta kredit UMKM naik menjadi 30 persen dan pagu Kredit Usaha Rakyat (KUR) bisa sampai Rp20 miliar secara bertahap hingga 2025. "Kelembagaan UMKM mesti kita benahi. Kalau tidak diberesi, tidak akan sampai porsi kredit UMKM mencapai 30 persen," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News