Ilustrasi batik produksi IKM - - Foto: dok Pertamina
Ilustrasi batik produksi IKM - - Foto: dok Pertamina

Serap 200 Ribu Tenaga Kerja, Ekspor Batik Tembus USD533 Juta

Suci Sedya Utami • 07 Oktober 2021 10:41
Yogyakarta: Industri batik merupakan salah satu sektor yang selama ini memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional, termasuk yang banyak membuka lapangan kerja di tengah dampak pandemi.
 
Sektor yang didominasi oleh Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 200 ribu orang dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
 
"Industri batik, yang merupakan bagian dari industri tekstil juga menjadi salah satu sektor andalan dalam implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada acara Puncak Peringatan Hari Batik Nasional 2021 di Yogyakarta, dilansir Kamis, 7 Oktober 2021.

Agus mengatakan industri batik mendapat prioritas pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Produk batik telah diminati pasar global. Kemenperin mencatat, capaian ekspor batik pada 2020 mencapai USD532,7 juta, dan selama periode triwulan I-2021 mampu menembus USD157,8 juta.
 
"Industri batik telah berperan penting bagi perekonomian nasional dan berhasil menjadi market leader pasar batik dunia," ujar Agus.
 
Menurut dirinya batik merupakan identitas bagi bangsa Indonesia. Hal ini diperkuat melalui pengakuan UNESCO yang menyatakan bahwa batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda milik dunia pada bidang Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Selain itu, batik merupakan seni kerajinan yang termasuk dalam industri kreatif dan saat ini trennya terus berkembang di masyarakat.
 
Melalui Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009, pemerintah menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan hari Batik Nasional ini merupakan upaya untuk  meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia.
 
"Kami meyakini, bahwa kelestarian batik sebagai budaya, bahkan sebagai identitas bangsa Indonesia, berhubungan sangat erat dengan kehadiran industri batik itu sendiri," ucap Agus.
 
Dirinya berharap industri batik dalam negeri semakin berdaya saing dan mampu menghasilkan batik-batik yang diminati pasar dengan harga yang terjangkau serta dengan profit yang baik untuk pelaku usahanya
 
Untuk itu, pembangunan industri batik di Indonesia harus berorientasi pada arah pembangunan industri yang mandiri dan berdaulat, yaitu pembangunan industri yang mengoptimalkan kehadiran sumber daya dalam negeri selaku stakeholder pembangunan.
 
"Industri yang maju dan berdaya, yaitu industri yang memiliki keunggulan daya saing dan penguasaan pasar serta mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif pada kehadiran teknologi saat ini. Sementara itu, industri yang berkeadilan dan inklusif, yaitu industri yang manfaatnya bisa dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat," tutur Agus.
 
Agus juga berharap, pembinaan kepada para pelaku IKM batik terus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Sebab, dengan jumlahnya yang besar dan merata di seluruh penjuru tanah air, industri batik bisa menjadi penggerak perekonomian daerah dan berpotensi menjadi pengungkit industri kecil dan menengah lainnya.
 
"Saya juga berharap, kegiatan pembinaan tenant baru di bidang batik melalui program Innovating Jogja yang telah diselenggarakan beberapa tahun ini, bisa memberikan dampak besar serta turut menumbuhkan wirausahawan industri baru di bidang batik dari semua kalangan," tegas Agus.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan