Melansir laman resmi Pertamina, Minggu, 14 November 2021, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di Tanah Air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air. Kilang di Pertamina Refinery Unit IV Cilacap terdiri atas Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, dan Kilang Paraxylene.
Kilang Minyak I dibangun pada 1974 dengan kapasitas semula 100 ribu barel per hari. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI pada 24 Agustus 1976. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, pada 1998/1999 kapasitasnya ditingkatkan melalui debottlenecking project sehingga menjadi 118 ribu barel per hari.
Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. Pasalnya, karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi NBM tersebut.
Sedangkan Kilang Minyak II ini dibangun pada 1981, dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal sebanyak 200 ribu barel per hari.
Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di Tanah Air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada 1998/1999, kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230 ribu barel per hari. Kilang ini mengolah minyak cocktail yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga di impor dari luar negeri.
Selanjutnya, Kilang Paraxylene Cilacap dibangun pada 1988 dan beropersi setelah diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang yang menghasilkan produk NBM dan Petrokimia ini dibangun karena tersedianya bahan baku Naptha dari Kilang Minyak II Cilacap, adanya sarana pendukung, serta peluang pasar baik didalam maupun luar negeri.
Insiden kebakaran
Sayangnya, Kilang Cilacap sering kali menghadapi insiden kebakaran yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan. Terbaru, pada Sabtu, 13 November kemarin terjadi kebakaran yang mulai terjadi sekitar pukul 19.20 WIB pada satu buah tangki berisi produk Pertalite. Upaya pemadaman di salah satu tangki yang berada di area Kilang Cilacap terus dilakukan Pertamina.
Kebakaran yang terjadi di Kilang Cilacap tahun ini bukanlah yang pertama. Pada Jumat, 11 Juni 2021 lalu, sekitar pukul 20.00 WIB saat hujan lebat disertai petir. Kebakaran terjadi sekitar pukul 20.00 WIB saat hujan lebat disertai petir pada tangki 9 yang lokasinya jauh di dalam kompleks kilang.
Pada saat kebakaran, tangki yang terbakar hanya berisi 1/3 kapasitas saja, yakni sebanyak 1.100 barel Benzene dari kapasitas semestinya yang dapat menampung hingga 3.000 barel. Benzene adalah produk kilang yang merupakan bahan dasar untuk petrochemical, tidak terkait dengan produk BBM atau Elpiji.
Sedangkan pada 5 Oktober 2016, sebuah tangki yang ada di kilang minyak RU IV Cilacap terbakar sekitar pukul 12.26 WIB. Pertamina menyebut kebakaran terjadi pada sebuah tangki kecil nomor 41 yang ada di tengah kilang. Namun tak lama setelah kejadian, api berhasil ditangani dan tidak menganggu produksi minyak di unit kerja tersebut.
Kebakaran hebat pernah terjadi pada 2 April 2011 saat dua tangki minyak yaitu 31 T-02 dan 31 T-03 di Pertamina RU IV Cilacap terbakar. Meski tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut, namun kebakaran baru bisa teratasi dua hari kemudian setelah Pertamina menyiapkan sebanyak 40 ton foam dan lima ton foam dari Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News