Kondisi tersebut juga diperparah karena masyarakat yang melakukan panic buying terhadap produk obat-obatan, vitamin, serta susu kaleng. Hal ini dikarenakan masyarakat masih menangkap mitos terhadap satu produk tertentu.
Melonjaknya pasien covid-19 juga menjadi salah satu faktor terhadap kelangkaan barang-barang penting seperti tabung oksigen. Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, terdapat distorsi pasar yang memengaruhi pasokan.
"Kita juga menduga adanya distributor besar yang punya kemampuan penimbuna. Harusnya pemerintah dan aparat hukum juga menyasar kelompok besar di pasar konvensional dan pasar digital. Selain itu pemerintah harus bekerja sama dengan pengelola kanal digital besar agar melarang toko online berjualan dengan harga yang tidak wajar, kalau enggak nurut take down dan diskualifikasi," ujar Tulus dalam tayangan program Metro Pagi Metro TV, Selasa, 6 Juli 2021.
Meskipun pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), namun hal itu bukan berarti usai sampai di situ. Sebab tak ada tindakan tegas dari pemerintah terkait pengawasan yang ada di lapangan.
"Pemerintah harus ada tindakan dan sanksi yang tegas, HET itu jangan sekadar di atas kertas. Masyarakat saja sekarang sudah tertekan dengan adanya kelangkaan tabung oksigen. Padahal pemerintah mestinya hentikan ekspor, prioritaskan negeri ini," kata dia.
Berdasarkan data YLKI, dalam 3 minggu terakhir sejak rumah sakit penuh akibat lonjakan pasien, stok tabung oksigen kian menipis. Diperkirakan 2 hingga 3 minggu mendatang, lonjakan dan permintaan konsumen terkait tabung oksigen maupun obat-obatan akan ikut kehabisan stok. (Raissa Oktaviani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News