"Kita ini kan baru 3,47 persen (jumlah wirausaha terhadap total penduduk), masih rendah dibandingkan negara tetangga. Untuk negara maju kan minimumnya empat persen," ujar Teten dalam Konferensi 500 Ribu Eksportir Baru secara virtual, Senin, 19 April 2021.
Dalam Perpres Kewirausahaan ini, sebutnya, pemerintah menargetkan untuk mencetak wirausaha yang unggul, baik kepada para pelaku UMKM yang existing maupun wirausaha baru dan muda yang berasal dari kampus.
Kementerian Koperasi dan UKM saat ini tengah fokus untuk menyiapkan UMKM masa depan dari kalangan anak muda yang terdidik. Pasalnya, persaingan ekonomi ke depan mayoritas akan diisi oleh para pelaku usaha yang kreatif, inovatif, dan menerapkan teknologi.
"Pendekatan kami adalah inkubasi, bukan pendekatan birokrasi. Ini target kita, menambah porsi wirausaha nasional," ungkap Teten.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam mengatakan bahwa pihaknya sedang bergerak untuk bisa mengakselerasi pemulihan ekonomi melalui program-program Kampus Merdeka.
"Jadi Kampus Merdeka ini memberikan peluang bagi adik-adik mahasiswa untuk terjun ke dunia nyata, ke dunia kerja, baik dalam menggerakkan UMKM, membangun ekonomi desa, ataupun Bumdes (Badan Usaha Milik Desa), dan sebagainya," papar dia.
Menurutnya, salah satu yang sangat potensial adalah menjadikan mahasiswa program Kampus Merdeka sebagai eksportir muda dengan bekal teknologi yang mereka dapatkan di perguruan tinggi. Langkah tersebut bisa memberi darah segar untuk penguatan UMKM tanah air.
"Dengan kemampuan teknologi mereka dalam pascapanen, mengemas buah-buahan, membuat segala macam teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan, ini bisa memperkuat ekonomi digital di dalam UMKM kita," harap Nizam.
Ditjen Dikti Kemendikbud bersama dengan Google Academy dan Unicorn saat ini sedang melatih 3.000 mahasiswa untuk menjadi digital leaders. Melalui hal ini, para pelaku UMKM yang membutuhkan dukungan artificial intelligence, android programming, dan sebagainya bisa memanfaatkan 3.000 mahasiswa ini untuk membantu mengakselerasi transformasi digital UMKM, termasuk dalam hal ekspor.
"Dengan ini kita bisa perkuat Sekolah Ekspor bagi adik-adik mahasiswa, karena melalui Kampus Merdeka itu mahasiswa bisa mengambil micro credential yang pada dasarnya adalah kompetensi tambahan yang diperoleh di luar kampus," urainya.
Pada program Kampus Merdeka, mahasiswa dituntut untuk dapat belajar intensif selama empat bulan, termasuk belajar tentang seluk beluk ekspor. Dengan itu, mahasiswa teknologi pertanian bisa mengetahui ketika mereka lulus bagaimana mereka memasuki dunia ekspor.
"Ini kalau bisa kita akselerasi tentu akan baik untuk ekonomi dan terutama sinergi dengan teman-teman di UMKM, sehingga UMKM akan lebih berdaya, lebih terakselerasi dengan tambahan pengetahuan," tutup Nizam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News