"Kebijakan alat masak listrik, saya kira itu ide yang bagus. Apalagi jika kita lihat dari sisi keekonomiannya, ini tidak memberatkan masyarakat," ujar Eddy dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 6 Desember 2024.
Eddy menjelaskan penggunaan kompor listrik memiliki penyerapan listrik yang efisien dan memberikan kontribusi positif terhadap anggaran negara, terutama dalam mengurangi atau menekan subsidi energi.
"Subsidi impor LPG 3 kg saat ini mencapai sekitar Rp93 triliun per tahun. Dengan mengganti ketergantungan tersebut menggunakan kompor listrik, saya rasa ini adalah ide yang patut dihidupkan kembali," jelas dia.
Sebagai politisi dari Fraksi PAN, Eddy menyatakan pihaknya siap mendukung kebijakan transisi energi tersebut untuk mengurangi ketergantungan terhadap LPG bersubsidi. "Kebijakan tersebut perlu dipertimbangkan lebih lanjut, dan kami siap memberikan dukungan penuh," tegas dia.
Baca juga: Mau Tahu Kunci Ketahanan Energi? Ini Jawabannya |
Perkuat ketahanan energi nasional
Penggunaan kompor listrik tidak hanya membawa manfaat ekonomis, seperti biaya operasional yang lebih rendah bagi masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pengelolaan energi yang lebih berkelanjutan.
Kompor listrik dinilai mendukung diversifikasi energi dengan menggantikan LPG impor menggunakan energi listrik yang melimpah di dalam negeri. Langkah tersebut diyakini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada impor energi, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional.
Selain manfaat ekonomis, inisiatif tersebut juga dipandang sebagai langkah strategis dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, transisi ke kompor listrik dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat dan negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News