Kawasan Raja Ampat. Foto: Dokumen Kemenpar
Kawasan Raja Ampat. Foto: Dokumen Kemenpar

Wayag Raja Ampat Ditutup Sementara

Annisa ayu artanti • 12 Juni 2025 16:50
Jakarta: Pemerintah Kabupaten Raja Ampat resmi menutup akses kunjungan wisatawan ke sejumlah spot wisata, khususnya destinasi populer Wayag di Distrik Waigio Barat Kepulauan. 
 
Penutupan ini merupakan respons atas aksi pemalangan oleh masyarakat setempat, yang kecewa atas pencabutan izin usaha pertambangan (IUP) di wilayah mereka.
 
Langkah penutupan ini diambil sebagai bentuk antisipasi untuk menjaga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Bupati Raja Ampat, Orideko Burdam, mengatakan situasi harus dikendalikan agar tidak berkembang menjadi konflik terbuka.

"Saya minta supaya aktivitas wisata di Waigio Barat Kepulauan ditutup sementara," ujar Bupati Orideko Burdam di Sorong, dilansir Antara, Kamis, 12 Juni 2025.
 
Baca juga: Terkait Raja Ampat, Menpar Widiyanti Usul Pemerintah Bentuk Tim Lintas Kementerian

Dampak pencabutan IUP oleh Presiden Prabowo

Penutupan ini tidak terjadi tanpa sebab. Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mencabut IUP milik empat perusahaan tambang nikel dalam rapat terbatas bersama sejumlah menteri pada 9 Juni 2025. 
 
Keputusan ini langsung berdampak pada masyarakat lokal, terutama mereka yang selama ini menggantungkan hidup dari aktivitas perusahaan tambang.
 
Keempat IUP yang dicabut berasal dari:
 
- PT Anugerah Surya Pratama
- PT Nurham
- PT Melia Raymond Perkasa
- PT Kawai Sejahtera
 
Masyarakat yang bekerja atau mendapat manfaat ekonomi dari tambang, khususnya dari PT Melia Raymond Perkasa dan PT KSM, melakukan aksi pemalangan terhadap lokasi wisata populer seperti Wayag, sebagai bentuk protes atas hilangnya sumber penghidupan mereka.
 
Menanggapi kondisi ini, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat telah melakukan kunjungan langsung ke Pulau Manyaifun dan Batan Pele pada 11 Juni lalu. Kunjungan ini bertujuan untuk menyerap aspirasi warga secara langsung.
 
"Kita sudah turun ke Pulau Manyaifun dan mendengar aspirasi mereka, itulah yang akan kita bahas dalam kegiatan gelar tikar adat," ujar Orideko Burdam.
 
Ia menekankan pentingnya menghindari konflik dan menyelesaikan masalah melalui pendekatan budaya dan komunikasi terbuka.
 
"Saya minta, mari kita hindari konflik, kita mengedepankan komunikasi yang baik. Tapi pada intinya nanti kita dalam waktu dekat kita gelar tikar adat untuk mencari solusi konkret," tegas Orideko.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan