"Untuk modernisasi alsintan diperlukan energi yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, sudah saatnya listrik masuk sawah. Kami mendorong percepatan listrik masuk persawahan," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementan Suwandi dalam keterangan di Jakarta, Minggu, 14 April 2024.
Suwandi menuturkan berdasarkan berbagai pengalaman praktek lapangan dalam menggunakan energi untuk proses budi daya di sawah, petani merasakan lebih hemat menggunakan energi listrik, dibandingkan bahan bakar minyak, dan gas. "Sedangkan energi solar cell belum begitu meluas di petani," ucap Suwandi.
Dia menyampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman telah memberikan arahan agar mekanisasi pertanian diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik.
"Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, untuk mekanisasi ini diperlukan tenaga dan sumber energi yang lebih murah dan mudah didapat dari tenaga listrik, maka dikembangkan Listrik Masuk Sawah atau LMS dan beberapa daerah menyebut Program Gerakkan listrik Masuk Sawah (Gelisah)," Sambung Suwandi.
Baca juga: Kementan Perkuat Bantuan Pompa di Lahan Sawah Tadah Hujan Pertanian |
Daerah percepatan listrik masuk sawah
Lebih lanjut Suwandi memaparkan salah satu yang menjadi contoh yakni program listrik masuk sawah di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur.
"Program listrik masuk sawah yakni Kabupaten Ngawi mengembangkan sumur submersible lebih dari 17 ribu unit dari swadaya petani dan bantuan untuk mengairi lahan kering tadah hujan sehingga bisa bertanam padi tiga kali setahun (IP300)," papar dia.
Selain di Ngawi, Lanjut Suwandi program serupa juga juga dilakukan di Kabupaten Sragen, lebih dari 23 ribu sumur submersible guna memompa air dari dalam tanah untuk mengairi lahan tadah hujan sehingga indeks pertanaman IP bisa ditingkatkan hingga IP300 bahkan IP400 lebih dari ribuan hektare.
"Setiap titik sumur submersible bisa melayani 2-30 hektare dengan biaya dari Rp8 juta hingga Rp150 juta tergantung jenis ukuran pipa dan pompa, kedalaman sumur, dan lainnya," imbuh dia.
Terkait maraknya pembuatan jebakan tikus yang menggunakan aliran listrik, Suwandi dengan tegas mengimbau petani agar Listrik Masuk Sawah tidak digunakan untuk hal-hal yang membahayakan.
"Listrik Masuk Sawah digunakan untuk menggerakkan mesin pompa air, alat olah lahan, mesin pembuatan kompos, alat panen dan pasca panen, juga lampu perangkap hama dan lainnya. Dalam hal ini dilarang keras menggunakan kawat listrik untuk jebakan tikus sawah, sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa," tegas Suwandi.
Sementara itu, TAM Bidang Mekanisasi dan Alsintan PLN Astu Unadi mengatakan penggunaan listrik untuk energi mesin pompa air jauh lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar lain. Pasalnya, untuk penggunaan listrik bisa diatur secara otomatis.
"Mesin pompa bisa digerakkan oleh beberapa sumber tenaga, antara lain dengan dengan diesel. Dan umumnya mesin pompa lebih dari delapan horsepower jika diameter pipanya besar," kata Astu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News