Ia menegaskan proyek tersebut merupakan pembangunan transportasi yang berorientasi jangka panjang dengan nilai investasi jumbo. Sehingga, tidak bisa diharapkan dapat balik modal dalam rentang waktu cepat.
"Kalau proyek infrastruktur dasar seperti ini balik modal bisa 30-40 tahun dan memang perlu dibangun untuk jangka panjang. Tidak ada proyek infrastruktur dasar berorientasi selama 10 tahun," kata Tiko, sapaan akrab Kartika di kawasan Sarinah, Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2023.
Proyek strategis nasional (PSN) itu memakan biaya dan utang yang besar. Dari pernyataan operator Kereta Whoosh, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebelumnya, total biaya pembangunan proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara itu menelan USD7,2 miliar atau setara Rp112 triliun (Rp15.573).
Sebanyak USD1,2 miliar di antaranya merupakan pembengkakan biaya (cost overrun) kereta cepat relasi Jakarta-Bandung.
"Kan cost overrun yang disepakati (Indonesia-Tiongkok) sebesar USD1,2 miliar, itu sudah final. Bunganya sekitar 3,5 persen sampai empat persen. Ini lagi negosiasi," ucap Tiko.
Baca juga: Mau Naik Kereta Cepat Whoosh Gratis? Begini Caranya |
Proyek kereta cepat berlanjut ke Surabaya
Wamen BUMN menambahkan karena proyek kereta cepat berorientasi jangka panjang, pemerintah akan melanjutkan proyek kereta cepat dari relasi Jakarta-Bandung, menuju Surabaya, Jawa Timur.
Tiko menuturkan pihaknya bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Kementerian Perhubungan, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), menyiapkan studi kelayakan atau feasibility study (FS) rencana proyek tersebut.
"Ini kami lagi diminta (menyusun) FS untuk rute dari Jakarta ke Yogyakarta dan Surabaya. Nanti kita lihat seperti apa peran dari KAI dan konsorsium Tiongkok," kata Tiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News