Hal ini ditengarai karena siklus produksi saat ini berada di musim panen gadu (musim tanam kedua yang tidak ada pengairannya), dengan produksi padi jauh lebih rendah dari panen raya. Berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), neraca produksi padi bulanan pada Agustus hingga Desember mengalami defisit. Ditambah lagi El Nino yang berpotensi berdampak pada produksi nasional.
"Teman-teman penggilingan padi baik kecil, besar, korporasi swasta juga mengalami penurunan pasokan GKP. Saat ini tantangan yang sebenarnya bukan di penggilingan padi karena merupakan hal yang bagus dengan banyaknya penggilingan padi di Indonesia. Tantangan utamanya adalah bagaimana kita bersama-sama genjot produksi nasional," tutur Arief seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu, 13 September 2023.
Di sisi lain, lanjut Arief, Badan Pangan Nasional mendorong adanya upaya pemerintah dalam melakukan revitalisasi alat di penggilingan padi skala kecil. "Ini agar tidak kalah bersaing dan kualitas giling dapat menghasilkan beras berkualitas premium. Upgrade seperti ini penting untuk segera diwujudkan," tegas dia.
Cuma serap 2,5% produksi padi di Banten
Sementara itu, General Manager Kawasan Industri Terpadu Wilmar Serang Tenang Sembiring membantah adanya monopoli beras. Perusahaannya saat ini hanya menyerap 2,5 persen dari keseluruhan produksi padi yang ada di wilayah Banten.
"Kami mulai produksi sejak Juni 2022. Selama Januari hingga Agustus 2023 jumlah gabah petani yang diserap ada sampai 69,8 ribu ton. Sementara produksi gabah di Banten diperkirakan di angka 1,5 juta ton," papar dia.
Mengacu hal tersebut, persentase penyerapan gabah petani di Banten ada sekitar 2,5 persen. "Jadi bagaimana kami bisa melakukan monopoli dan menentukan harga, sementara supplier kami juga berasal dari penggilingan padi di wilayah ini," tutur Tenang.
Tenang juga memaparkan selama Agustus tahun ini, penyerapan GKP yang dapat diserap Wilmar Serang hanya lima persen dari rerata realisasi produksi atau sekitar 200 ton per hari. Dikatakannya pula semenjak minggu pertama Agustus 2023, pihaknya hanya menyerap gabah sebanyak 1.750 metrik ton (MT).
"Kita akan stop supply beras karena tidak ada lagi stok gabah per hari ini, hanya ada stok 350 MT saja," ungkap dia.
Baca juga: Produksi Beras Tahun Depan Naik Jadi 55,42 Juta Ton |
Gelontorkan cadangan beras pemerintah
Menyikapi itu, Badan Pangan Nasional turut menaruh perhatian pada penyebab menggeliatnya harga GKP yang telah menyentuh kisaran harga Rp6.700 per kg sampai Rp7.000 per kg. Menurut Arief, hal ini dikarenakan harga beras di tingkat akhir sangat bergantung pada harga GKP tersebut.
"Inilah pentingnya food reserve atau Cadangan Pangan Pemerintah yang dikelola oleh pemerintah bersama BUMN klaster pangan. Kemarin Bapak Presiden juga sudah meninjau dan menyatakan stok beras di Bulog aman dan cukup," terang Arief.
Ia menambahkan, stok beras di Bulog ada 1,6 juta ton dan dalam perjalanan ada 400 ribu ton, sehingga akan ada stok dua juta ton. "Dalam kondisi apapun, kita harus punya stok yang mumpuni dan untuk pemenuhan stok tersebut, prioritasnya tentu berasal dari ketersediaan produksi dalam negeri," tegas Arief.
Dengan stok beras yang tersedia tersebut, Arief mengimbau masyarakat agar menerapkan belanja bijak sehingga terbentuk budaya konsumsi pangan yang terkendali, sehingga stabilitas pangan tetap terjaga.
"Saya mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan belanja bijak, belanja sesuai kebutuhan, membeli keperluan pangan sesuai kebutuhan dan tidak perlu sampai panic buying yang memicu kelangkaan pasokan dan lonjakan harga karena stok tersedia," harap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News