Direktur Eksplorasi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Muharram Jaya Panguriseng memaparkan pihaknya telah menyiapkan strategi untuk menggali setiap potensi penemuan sumber daya migas baru, terutama cadangan migas besar (big fish).
Strategi itu ditujukan untuk mengoptimalkan aset dan menjaga laju produksi migas saat ini.
Temuan sumber daya migas di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, menurut Muharram, menunjukkan optimisme bahwa Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas yang besar.
Untuk itu, lanjut Muharram, PHE mengejar setiap potensi termasuk melakukan pemboran di area eksplorasi yang sudah ada atau near field exploration, namun dengan konsep eksplorasi dan teknologi baru.
Upaya tersebut telah menunjukkan hasil signifikan, terbukti pada akhir 2023 ditemukan potensi cadangan migas dari sumur East Pondok Aren (EPN)-001 di wilayah kerja PEP Tambun Field, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan sumur East Akasia Cinta (EAC)-001 di wilayah kerja PEP Jatibarang Field, Indramayu, Jawa Barat.
Baca juga: Penemuan Cadangan Migas Berskala Jumbo Diharapkan Tarik Investasi Perusahaan Migas Global |
"Temuan cadangan migas baru di Kabupaten Bekasi dan Indramayu, Jawa Barat tersebut bahkan sempat viral beberapa waktu lalu," ujar Muharram dilansir Antara, Selasa, 6 Februari 2024.
Muharram mengatakan, PHE juga secara aktif melakukan eksplorasi di daerah yang lebih sulit (emerging area) untuk meraih peluang mendapatkan sumber daya big fish, meskipun tentunya juga memiliki risiko dan biaya investasi tinggi.
Saat ini, PHE juga telah mendapatkan blok eksplorasi baru, yaitu East Natuna, Bunga dan Peri Mahakam serta dalam proses untuk mendapatkan blok-blok baru lainnya.
"Terakhir Januari 2024, Pertamina berhasil memenangkan lelang blok eksplorasi SK510 di Malaysia bersama dengan Petronas," ucap dia.
Pertamina juga mulai mempersiapkan untuk melakukan pengeboran di perairan laut dalam (deep water) di Natuna, Masela dan Mahakam. Menurut Muharram, kompetensi sumber daya manusia (SDM) PHE saat ini sudah sangat siap untuk melakukan pengeboran laut dalam.
Muharram mengingatkan persoalan migas bukan hanya ekonomi tetapi juga terkait dengan strategi pertahanan suatu bangsa. Apalagi, kebutuhan atas migas masih cukup signifikan hingga 2050.
"Proyeksi kebutuhan energi nasional pada 2030 mencapai 500 Mega Ton Oil Equivalent (MTOE) dan 1.000 MTOE pada 2050. Dari jumlah itu pangsa kebutuhan migas masih mencapai 23 persen pada 2030 dan 31 persen pada 2050," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News