Ilustrasi salah satu kilang minyak di Indonesia - - Foto: Antara/ Widodo S Jusuf
Ilustrasi salah satu kilang minyak di Indonesia - - Foto: Antara/ Widodo S Jusuf

Drone Mengudara Demi Wujudkan Misi Satu Juta Barel

Suci Sedya Utami • 30 Juni 2021 22:00
Jakarta: Kegiatan pencurian minyak mentah dengan modus melubangi pipa minyak (illegal tapping) bisa menjadi ancaman dalam mewujudkan misi dan mimpi produksi satu juta barel.
 
Berbagai cara dilakukan untuk menangkal hal tersebut. Salah satunya melalui upaya pemanfaatan teknologi drone dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam mengawasi pipa minyak.
 
Langkah ini diterapkan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) sebagai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Rokan dan menjadi yang pertama di Indonesia. Kendati kontrak CPI akan berakhir Agustus 2021, pengamanan terhadap aset dan objek vital bagi negara ini tetap dilakukan oleh perusahaan minyak yang telah beroperasi kurang lebih setengah abad ini.

Manager Security PT CPI Akson Brahmantyo mengatakan pemanfaatan drone terbukti dapat mengurangi kegiatan mencurigakan yang dilakukan pelaku seperti melubangi jalur pipa aktif dan memasang kran untuk mengalirkan minyak ke truk tangki penampung.
 
"Pemanfaatan teknologi terbukti sangat membantu dalam pengawasan jalur-jalur pipa penyalur dan pencegahan aksi pencurian minyak mentah yang merugikan negara. Diharapkan, teknologi ini dapat terus mempersempit ruang gerak pelaku pencurian,” kata Akson.
 
Drone mampu terbang menjelajah hingga 20 kilometer dengan ketinggian di atas 200 meter dengan kecepatan sekitar 60 km per jam. Pesawat nirawak ini dapat terbang satu hingga dua jam untuk melakukan pengawasan jalur pipa minyak mentah dan mentransmisikan video secara langsung (real time) ke pusat kendali.
 
<i>Drone</i> Mengudara Demi Wujudkan Misi Satu Juta Barel
Contoh pengoperasian drone saat akan memantau tangki-tangki minyak - - Foto: dok CPI
 
Jika terdapat indikasi kegiatan yang mencurigakan, drone dapat secara real time mentransmisikan gambar dan mengirimkan pesan singkat ke tim internal CPI. Setelah menerima informasi dari drone, tim keamanan CPI segera meluncur ke lokasi atau titik yang dicurigai untuk pengecekan lapangan. Hasilnya, angka pencurian minyak mentah di Blok Rokan menurun secara signifikan dalam setahun terakhir.
 
Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) praktik illegal tapping di 2019 membuat produksi minyak yang harusnya tercatat berkurang sekitar 90-100 ribu barel per hari (bph). Namun dengan berbagai upaya, angkanya turun menjadi 50-60 bph di 2020.
 
"Kami mengevaluasi dan mencatat untuk kejadian ilegal dan volume minyak yang tapping di pipa tidak signifikan dan semakin menurun. Salah satu upaya yg dilakukan adalah penggunaan teknologi deteksi kebocoran, meningkatkan patroli pengawasan pipa," kata Kepala Divisi Operasi Produksi, Lingkungan Deputi Operasi SKK Migas kepada Medcom.id, Rabu, 30 Juni 2021.
 
Selain illegal tapping, kegiatan pengeboran ilegal (illegal drilling) juga menjadi fokus SKK Migas. Sebab kegiatan ini dianggap bisa mengancam produksi minyak yang tidak bisa tercatatkan atau termonetisasi. Dari aktivitas illegal drilling, diperkirakan mampu memproduksi minyak sekitar 10 ribu bph.
 
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan salah satu opsi untuk mengatasi pengeboran ilegal yakni dengan menjadikannya sebagai kegiatan ilegal, sehingga produksi minyaknya bisa diperhitungkan.
 
Dengan makin berkurangnya kegiatan illegal tapping dan drilling, katanya, angka produksi bisa bertambah untuk menopang target satu juta barel.
 
Pentingnya meningkatkan produksi
 
Lantas pertanyaanya mengapa penting untuk mencapai satu juta barel? Indonesia diprediksi akan menjadi ekonomi terbesar keempat dunia pada 2030.
 
Maka, untuk mendukung pertumbuhan ekonominya, Indonesia membutuhkan lebih banyak energi. Memang tidak bisa dipungkiri, saat ini terjadi transisi ke arah energi terbarukan.
 
Namun minyak masih akan memainkan peran penting di masa mendatang. Demikian pula dengan gas. Sebab untuk menyulap pemenuhan kebutuhan energi menggunakan sumber-sumber terbarukan tidak bisa diakomodir dalam waktu sekejap.
 
Menurut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) konsumsi minyak Indonesia akan meningkat lebih dari 130 persen dari saat ini 1,6 juta bph menjadi 3,9 juta bph pada 2050. Konsumsi gas juga akan meningkat lebih dari 290 persen dari sekitar enam miliar standar kaki kubik per hari (mmscfd) menjadi sekitar 26 mmscfd pada 2050.
 
Di sisi lain, Indonesia masih memiliki banyak prospek migas. Dari 128 cekungan, produksi  migas selama ini hanya berasal dari 20 cekungan. Artinya masih ada 68 cekungan yang belum tereksplorasi secara penuh.
 
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menilai untuk mencapai target produksi minyak satu juta bph dan 12 miliar kaki kubik gas per hari (bscfd) pada 2030, upaya yang dilakukan dengan meningkatkan kegiatan eksplorasi di cekungan yang belum tersentuh, termasuk kerja sama teknologi dengan perusahaan kelas dunia.
 
Menurut Dwi satu faktor pendukung yang paling penting untuk mencapai produksi 2030 adalah dengan memperbaiki iklim investasi. Otoritas sedang merumuskan opsi kebijakan fiskal untuk memperbaiki iklim investasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
 
Ia menambahkan pihaknya sejak tahun lalu telah mengusulkan paket 9-stimulus yang diformulasikan untuk meningkatkan iklim investasi hulu migas Indonesia. Selain itu, efisiensi proses dan persetujuan paket insentif menunjukkan komitmen Pemerintah Republik Indonesia untuk merevitalisasi iklim investasi sektor migas di Indonesia.
 
"Sekitar enam stimulus sudah mendapatkan persetujuan pemerintah," jelas Dwi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan