"(Percepatan produksi vaksin Merah Putih) sebagai instrumen mencapai kekebalan kelompok di masyarakat. Pemerintah jangan terlalu mengandalkan vaksin impor," kata Mulyanto, dilansir dari Antara, Selasa, 13 Juli 2021.
Menurut dia, saat ini riset vaksin inovasi domestik ini terkesan berjalan seperti biasa dan berbeda dengan sikap pemerintah terhadap vaksin impor. Padahal, lanjutnya, penggunaan vaksin Merah Putih sangat penting sebagai upaya untuk membangun keunggulan SDM dan kemampuan inovasi domestik.
Dengan demikian, menurut Mulyanto, maka Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekadar menjadi pasar bisnis vaksin semata. "Sayang anggaran yang terbatas ini terkuras habis untuk membeli puluhan juta vaksin impor," katanya.
Mulyanto berpendapat saat ini dana untuk riset vaksin di LBM Eijkman dinilai jauh dari memadai sehingga seharusnya pemerintah mengalokasikan dana riset yang cukup, sehingga vaksin Merah Putih dapat diproduksi lebih awal.
Ia menolak dengan tegas rencana layanan vaksin berbayar, karena dalam kondisi darurat seperti sekarang pemerintah seharusnya memberikan layanan gratis kepada semua masyarakat.
Sementara itu, pemerintah meminta BUMN PT Bio Farma (Persero) meningkatkan produksi vaksin covid-19 guna mengejar target dua juta penyuntikan per hari pada Agustus 2021.
"Pemerintah menargetkan penyuntikan dua juta dosis vaksin per hari pada Agustus nanti. Menteri BUMN sudah meminta Bio Farma meningkatkan produksi vaksin dari bahan baku menjadi vaksin jadi di tengah PPKM darurat ini," kata Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Dedy Permadi.
Sebelumnya, produksi vaksin Bio Farma mencapai 12 juta dosis per bulan, namun kini holding BUMN farmasi itu mampu memproduksi sampai 20 juta dosis vaksin per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News