Ilustrasi ekspor. Foto : MI/Abdus.
Ilustrasi ekspor. Foto : MI/Abdus.

Eksportir RI Baru Bisa Bangkit di Semester II

Ilham wibowo • 05 Maret 2020 09:53
Jakarta: Eksportir di Tanah Air telah merasakan dampak penurunan kinerja lantaran virus korona covid-19 yang menghebohkan perdagangan dunia sejak awal 2020. Apalagi Tiongkok saat ini masih jadi negara terbesar yang mempengaruhi neraca dagang Indonesia.
 
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono mengatakan para pelaku usaha sulit untuk melakukan akselerasi di tengah kecemasan wabah covid-19. Kinerja ekspor dipastikan turun tajam di semester pertama.
 
"Sampai semester I ini aku pasrah saja, tidak bisa diapa-apain. Tapi pasrah ini hanya semester I saja semester II siap bangkit lagi," kata Handito ditemui dalam rakernas Kemendag di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020.

Handito menyebut di semester II perekonomian Tiongkok diyakini bakal kembali bangkit seiring meningkatnya keyakinan Pemerintah Negri Tirai Bambu mengatasi wabah. Momentum ini bakal disambut pelaku usaha di Indonesia untuk bisa menutupi koreksi kinerja ekspor di periode sebelumnya.
 
"Karena ada koreksi besar, kalaupun kita ngebut tidak bisa nutup di semester II, tapi kalau bisa jaga nilainya sama dengan tahun lalu itu sudah bagus, bukan pesimis tapi tekor di semester I," ungkapnya.
 
Handito menambahkan menyambut baik instruksi Presiden Joko Widodo yang langsung menyasar masalah inti yang dihadapi eksportir Indonesia. Keinginan pemerintah sejalan dengan harapan pelaku usaha meningkatkan kinerja produksi dan perdagangan.
 
"Apa yang disampaikan presiden memang baik, impor untuk produksi baik nanti produksi dalam negri untuk ekspor jangan dihambat dan itu untuk mengingatkan aparatnya. Saya  melihat memang tidak dipersulit saat ini," tuturnya.
 
Handito juga optimistis neraca perdagangan Indonesia bakal yang ditargetkan untuk surplus bisa saja terjadi dengan kebijkan tepat di tingkat Kementerian Perdagangan. Hanya saja, surplus tersebut terjadi dengan volume perdagangan yang turun dibandingkan tahun sebelumnya.
 
"Surplus saya rasa bisa terjadi, tapi volume perdagangan turun karena ekspor tidak naik tapi impor turun, mau impor (bahan baku) juga sekarang susah karena barangnya tidak ada," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan