Tutupnya Airy bukti industri perhotelan sedang sekarat
Tutupnya Airy bukti industri perhotelan sedang sekarat

Tutupnya Airy Bukti Industri Perhotelan Sedang Sekarat

Ilham wibowo • 03 Juni 2020 10:55
Jakarta: Ketua Apindo bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maulana Yusran menyebut bahwa industri perhotelan nasional hanya memiliki waktu yang sempit untuk tetap bertahan setelah terdampak pandemi covid-19. Pergerakan masyarakat yang dibatasi telah memaksa kegiatan bisnis untuk berhenti.
 
"Kami prihatin dengan Airy Rooms, ini merupakan satu contoh dampak dari pandemi covid-19. Bisa kita lihat perusahaan lokal virtual hotel operator itu terdampak langsung dan tutup tidak bisa melanjutkan lagi usahanya," kata Maulana kepada Medcom.id, Rabu, 3 Juni 2020.
 
Maulana meyakini situasi buruk terhadap Airy Rooms juga dirasakan oleh perusahaan sejenis yang bisnisnya dijalankan dengan pendekatan teknologi digital. Perusahaan startup perhotelan, kata Maulana, sangat mengandalkan kucuran investasi dari pemodal besar untuk mendapatkan lebih banyak fee atau imbalan dari peningkatan okupansi mitra hotel.

"Nah kalau hotel tidak bisa beroperasi bagaimana mereka membayar manajemen. Ini bisa terjadi di mana saja," tuturnya.
 
Menurutnya, investasi yang telah dikucurkan kepada sebuah perusahaan pembayarannya tidak bisa ditunda lantaran covid-19. Masalah kebangkrutan pun hanya tinggal menunggu waktu singkat sering kehadiran wabah yang membutuhkan penanganan cukup lama.
 
"Situs internasional saja seperti Agoda sudah mengurangi atau PHK karyawan lebih dari 2.000 orang. Semua pasti terdampak karena mereka sifatnya menjual jasa atau menjadi operator hotel tersebut," papar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ini.
 
Maulana menambahkan bisnis hotel yang dijalankan langsung pemiliknya atau oleh operator konvensional juga merasakan pukulan keras. Ratusan di antaranya bahkan telah menyatakan kebangkrutan dengan menjual aset untuk membayar tagihan kredit dan biaya operasional hotel tanpa pemasukan dalam dua bulan terakhir.
 
"Saya sampaikan hotel yang benar-benar tumbang itu ada. Sampai (pemilik) yang tadinya jualan kamar jadi jualan hotel," ujarnya.
 
Maulana menyebutkan bahwa industri perhotelan sulit bangkit apabila dipaksakan menunggu kehadiran vaksin covid-19 yang diperkirakan hadir pada akhir 2020. Kondisi kenormalan baru pun perlu terus disempurnakan agar pergerakan masyarakat kembali tinggi dengan tetap menekan jumlah penularan.
 
"Memang tidak mudah dan tidak semua bisa bangkit langsung, karena kondisi mereka itu kemarin tergerus semua untuk mempertahankan bisnisnya. Ini bulan terakhir bagi seluruh pengusaha yang memiliki kekuatan bertahannya," tuturnya.
 
CEO Airy Rooms Indonesia Louis Alfonso Kodoatie sebelumnya memutuskan untuk menghentikan semua kegiatan operasionalnya, termasuk kemitraan dengan mitra properti di Indonesia, terhitung 31 Mei 2020.
 
Setelah tanggal tersebut, segala jenis transaksi pembelian serta pemesanan akomodasi dan tiket pesawat tidak dapat dilakukan lagi melalui platform Airy (situs www.airyrooms.com dan aplikasi Airy) serta Online Travel Agent (OTA) yang bermitra dengan Airy.
 
"Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar yang nyaris tumbang akibat pandemi covid-19 serta tantangan ekonomi yang sangat berat. Tentunya kami sangat menyesal akan keputusan ini," uja Alfonso, melalui keterangan resminya belum lama ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan