Ilustrasi pedagang tempe. Foto: dok MI.
Ilustrasi pedagang tempe. Foto: dok MI.

Kemendag Jamin Stok Kedelai Cukup untuk Kebutuhan Industri Tahu Tempe

Husen Miftahudin • 01 Januari 2021 10:30
Jakarta: Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto menyatakan stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tahu dan tempe nasional. Oleh karena itu, Kemendag menjamin tahu dan tempe tetap tersedia di masyarakat.
 
Sebelumnya, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) bakal melakukan penyesuaian harga tahu dan tempe dengan harga kedelai impor. Harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami penyesuaian dari Rp9.000 per kilogram (kg) pada November 2020 menjadi Rp9.300 hingga 9.500 per kg pada Desember 2020 atau mengalami kenaikan sekitar 3,33 persen sampai 5,56 persen.
 
"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tahu tempe Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tahu dan tempe yang diproduksi oleh perajin," ucap Suhanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 1 Januari 2021.

Suhanto menyampaikan berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sebanyak 450 ribu ton. "Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150 ribu ton hingga 160 ribu ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dua sampai tiga bulan mendatang," tutur dia.
 
Dikatakan Suhanto, pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD12,95 per bushels, naik sembilan persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92 per bushels. Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar USD461 per ton, naik enam persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD435 per ton.
 
Menurutnya, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia diakibatkan lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020, permintaan kedelai Tiongkok naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.
 
Kondisi ini, lanjutnya, mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain termasuk Indonesia.
 
"Untuk itu perlu dilakukan antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang," jelasnya.
 
Suhanto berharap importir yang masih memiliki stok kedelai untuk dapat terus memasok secara kontinu kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikan harga. Berdasarkan data BPS, saat ini harga rata-rata nasional kedelai pada Desember 2020 sebesar Rp11.298 per kg. Harga ini turun 0,37 persen dibanding November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2019.
 
"Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini," tutup Suhanto.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan