Bahkan, Lutfi menyebut surplus perdagangan tersebut merupakan surplus tidak sehat.
"Jadi waktu saya lihat dari pada neraca perdagangan itu, seperti dokter itu saya langsung lihat ini surplusnya ini bukan surplus sehat, bahkan surplusnya ini buat saya mengganggu," kata Lutfi dalam acara Media Group News (MGN) Summit: Indonesia 2021 secara virtual di Jakarta, Rabu, 27 Januari 2021.
Mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat tersebut menjelaskan alasannya menyebut perekonomian RI sedang lemah gemulai karena meskipun neraca perdagangan surplus, bila dipilah dan diteliti lagi 72 persen impor yang dilakukan Indonesia merupakan bahan baku dan penolong.
Sebagian besar digunakan untuk konsumsi dalam negeri dan hanya sebanyak tiga persen yang diolah lagi dan diekspor. "Nah yang sekarang ini kejadian ini malah justru lemah gemulai perekonomian kita," ungkapnya.
"Kalau ini didiamkan ini bisa menjadi kacau," imbuhnya.
Oleh karena itu untuk menyiasati kondisi tersebut, Lutfi juga memandang perekonomian Indonesia perlu digenjot lebih ekstra. Indonesia perlu menciptakan perdagangan yang selama ini lesu.
Salah satunya adalah memaksimalkan kembali industri otomotif dan sepeda motor. Dengan terciptanya perdagangan, maka perputaran uang akan terjadi, kredit akan terjadi, dan konsumsi akan tercipta.
Ketika semua itu terjadi, Lutfi pun menjamin tata laksana dan tata kelola dari impor barang-barang baku dan penolong akan kembali baik.
"Dan inilah untuk men-check up perekonomian nasional kita. Ini yang akan kita kerjakan bersama-sama. Karena surplus kita kali ini bukan surplus yang enak, bukan surplus yang seperti 2012," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News