Pengumuman penghargaan itu disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Negara. Soeharto menjadi salah satu dari sepuluh tokoh yang mendapat gelar kehormatan tahun ini. Namun, di balik penghargaan tersebut, nama Soeharto tetap lekat dengan perdebatan panjang soal harta kekayaannya.
Selama tiga dekade berkuasa (1967–1998), ia dikenal sebagai sosok yang membangun stabilitas politik sekaligus memperkuat dominasi ekonomi keluarganya yang kemudian populer disebut “Keluarga Cendana”.
Dugaan Harta Puluhan Miliar Dolar
Berbagai lembaga internasional menempatkan Soeharto di posisi teratas daftar pemimpin dunia yang paling banyak mengumpulkan kekayaan pribadi selama berkuasa.Transparency International, mengutip laporan The Guardian, memperkirakan kekayaan Soeharto berada di kisaran USD15–35 miliar. Angka ini membuatnya menyalip Ferdinand Marcos dari Filipina, yang diperkirakan memiliki USD5–10 miliar.
Laporan Forbes yang dikutip The Washington Post pada 1998 juga menyebut angka serupa: kekayaan pribadi Soeharto sekitar USD16 miliar, dengan tambahan USD14 miliar dari aset anak-anaknya total sekitar USD30 miliar.
Jika dikonversi dengan nilai ekonomi kala itu, jumlah tersebut setara dengan hampir separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada akhir 1990-an.
Sumber Kekayaan: Dari Cengkeh hingga Satelit
Sebagian besar kekayaan Soeharto dan keluarganya berasal dari monopoli bisnis dan proyek-proyek strategis negara.Keluarga Cendana memiliki kendali di sektor-sektor vital seperti cengkeh, jalan tol, satelit komunikasi, hingga sejumlah perusahaan BUMN yang diprivatisasi.
Data Pusat Data Bisnis Indonesia pada 1998 mencatat nilai aset yayasan yang dikelola Soeharto termasuk Yayasan Supersemar dan Yayasan Gotong Royong mencapai Rp4 triliun atau sekitar USD500 juta saat itu.
Namun, ketika dilakukan penyelidikan oleh Kejaksaan Agung pasca pengunduran dirinya, hanya ditemukan sekitar Rp24 miliar di 72 rekening bank dalam negeri.
Sebagian aset diduga telah dialihkan kepada anak-anak dan kerabat dekat melalui jaringan perusahaan cangkang dan yayasan sosial yang menjadi tameng bisnis keluarga.
Keluarga Cendana dan Penguasaan Lahan
Beberapa laporan internasional juga menyebut keluarga Soeharto menguasai aset tanah dalam skala besar.Menurut riset yang dikutip berbagai media luar negeri, keluarga ini disebut memiliki atau mengendalikan sekitar 3,6 juta hektare lahan di berbagai wilayah Indonesia.
Selain itu, mereka disebut memiliki 100.000 meter persegi ruang kantor di Jakarta, serta pengaruh kuat atas 40 persen wilayah Timor Timur (saat itu masih menjadi bagian dari Indonesia).
Keluarga Cendana juga dikenal sebagai pengelola Taman Mini Indonesia Indah (TMII) melalui Yayasan Harapan Kita selama lebih dari empat dekade, sebelum pengelolaannya diambil alih oleh pemerintah pada 2021.
Kekayaan Keluarga Setelah Soeharto Wafat
Dua dekade setelah era Orde Baru berakhir, harta keluarga Soeharto masih menjadi sorotan.Majalah Globe Asia pada 2018 memperkirakan total kekayaan keluarga Soeharto berada di kisaran USD700 juta hingga USD1 miliar.
Rinciannya antara lain Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto) USD670 juta,Bambang Trihatmodjo USD250 juta dan Siti Hardijanti Rukmana (Tutut Soeharto) USD205 juta
Meski nilainya jauh menurun dibanding era puncak kekuasaan Orde Baru, keluarga Cendana tetap tercatat sebagai salah satu keluarga paling berpengaruh di Indonesia, baik dalam dunia bisnis maupun politik.
Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto membuka kembali perdebatan publik soal warisan moral dan finansial sang mantan presiden.
Bagi sebagian pihak, Soeharto dianggap sebagai tokoh pembangunan dan stabilitas ekonomi. Namun bagi yang lain, masa pemerintahannya juga identik dengan korupsi sistemik dan konsentrasi kekayaan pada segelintir elite.
Lebih dari dua dekade setelah kejatuhannya, bayang-bayang harta dan kekuasaan Orde Baru masih terasa sebuah cermin dari kompleksitas sejarah Indonesia modern.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id