"Kenaikan harga komoditas dijadikan umpan bagi para spekulan untuk menjatuhkan negara-negara yang notabene memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia," ungkap Ibrahim, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 7 Maret 2022.
Ibrahim mengungkapkan dampak dari sanksi tersebut membuat harga-harga komoditas seperti minyak mentah, emas, gas alam, batu bara, nikel, dan lainnya mengalami kenaikan yang tidak wajar.
Harga emas pada Maret 2022 diproyeksikan bisa menyentuh USD2.150 per troy ons atau setara Rp1,15 juta per gram. Kemudian minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) bisa menyentuh USD200 per barel.
Kemudian harga batu bara diprediksi bisa naik hingga USD600 per ton, gas alam USD5.500, minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) 7.500 ringgit Malaysia per ton, indeks dolar AS bisa tembus USD105, dan bitcoin tembus USD45 ribu per koin.
Menurutnya, yang membuat harga komoditas mengalami kenaikan bukan disebabkan oleh Rusia menginvasi Ukraina. Namun lebih karena sanksi berlebihan yang dilakukan oleh AS, Uni Eropa, dan Inggris terhadap Rusia dan Belarusia.
"Usai sanksi ekonomi diterapkan maka para spekulan di berbagai negara melakukan aksi beli yang tak terbatas. Kondisi tersebut membuat lonjakan harga komoditas yang tak wajar, dan ini sebenarnya menjadi serangan telak bagi negara-negara yang memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia," paparnya.
Ikut campur pihak ketiga
Ibrahim mengatakan tanpa adanya ikut campur pihak ketiga harga komoditas tidak mungkin mengalami lonjakan yang signifikan. Apalagi sekutu Rusia yaitu Tiongkok yang kemungkinan mengikuti jejak Rusia akan melakukan invasi terhadap Taiwan.Selain itu, Korea Utara juga sudah berancang-ancang untuk menginvasi Korea Selatan. Ini semua dampak AS, Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO), dan Inggris yang terlalu gegabah dalam memberikan sanksi ekonomi.
"Di samping itu dengan lonjakan harga yang terus naik, bank sentral Amerika (The Fed) dalam pertemuan di 15 Maret 2022 kemungkinan menahan suku bunga sampai perang benar-benar sudah berhenti," pungkas Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News