Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Liburan Nataru Jadi Ladang Penipuan, Ini Modus Scam yang Perlu Diwaspadai

Annisa ayu artanti • 27 Desember 2025 12:36
Jakarta: Euforia libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) kerap diiringi peningkatan belanja dan transaksi digital. 
 
Tahun ini, masyarakat Indonesia diproyeksikan menghabiskan hingga Rp120 triliun untuk kebutuhan liburan. Namun di balik tingginya aktivitas ekonomi tersebut, ancaman penipuan atau scam justru semakin mengintai.
 
Dalam setahun terakhir, total kerugian akibat penipuan digital di Indonesia mencapai Rp8,2 triliun. Ironisnya, hanya 4,76 persen dana korban yang berhasil diselamatkan karena keterlambatan pelaporan dan cepatnya pergerakan dana pelaku.

Lonjakan laporan penipuan selama setahun

Data Indonesia Anti-Scam Center (IASC) mencatat terdapat 373.129 laporan penipuan sejak November 2024 hingga 30 November 2025, atau rata-rata 874 laporan per hari. 
Dari 619.394 rekening yang dilaporkan terlibat penipuan, hanya 117.301 rekening yang berhasil diblokir.

Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur, menegaskan pentingnya perlindungan identitas digital sebagai benteng utama keamanan finansial masyarakat.
 
"Identitas digital adalah gerbang utama keamanan finansial kita. Dengan rata-rata 874 laporan penipuan setiap hari, kita tidak bisa lagi mengandalkan metode pengamanan tradisional yang mudah dibobol seperti OTP berbasis SMS," ujar Niki dalam keterangan tertulis, Sabtu, 27 Desember 2025.
 
Baca juga: Waspadai Ucapan Natal Palsu, BNI Imbau Nasabah Tidak Sembarangan Klik Tautan

Mengapa liburan jadi ‘waktu panen’ penipu?

Berdasarkan temuan VIDA dan data industri, periode Nataru menciptakan kondisi ideal bagi pelaku penipuan untuk beraksi.
 
- Kelemahan OTP berbasis SMS
Data VIDA menunjukkan 80 persen pembobolan akun terjadi akibat kerentanan OTP berbasis SMS maupun teknik phishing. Sistem pengamanan yang selama ini diandalkan justru menjadi celah terbesar bagi penipu.
 
- Modus baru 2025: AI deepfake
Penipuan berbasis AI deepfake melonjak hingga 1.550 persen di Indonesia. Pelaku kini memanfaatkan teknologi AI voice cloning untuk meniru suara keluarga, atasan, atau pejabat, lalu meminta transfer dana dengan suara yang nyaris identik dengan aslinya.

Modus penipuan dengan kerugian terbesar

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tiga modus penipuan yang paling merugikan masyarakat, yaitu:
 
- Fake call atau telepon palsu: 39.978 laporan dengan kerugian Rp1,54 triliun
- Shopping scam: 64.933 laporan dengan kerugian Rp1,14 triliun
- Investment scam bodong: 24.803 laporan dengan kerugian Rp1,40 triliun
 
Masalah lain yang memperparah kerugian adalah lambatnya pelaporan. Di Indonesia, korban rata-rata baru melapor setelah 12 jam, jauh lebih lambat dibanding negara lain yang hanya membutuhkan 15-20 menit. Akibatnya, peluang penyelamatan dana menjadi sangat kecil.

Imbauan otoritas dan tips aman selama Nataru

Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan, terutama terhadap modus penipuan yang menyasar identitas digital.
 
Sebagai penyedia identitas digital dan pencegahan penipuan, VIDA membagikan sejumlah langkah untuk menjaga keamanan selama liburan Nataru:
 
- Hindari penggunaan Wi-Fi publik untuk transaksi keuangan
- Verifikasi ulang setiap permintaan darurat melalui nomor kontak yang dikenal
- Waspadai tekanan waktu atau urgency yang mencurigakan
- Cek kembali detail penerima dan nominal transfer
- Gunakan autentikasi biometrik sebagai alternatif yang lebih aman dibanding OTP SMS
 
Dengan meningkatnya kecanggihan modus penipuan, kewaspadaan dan kecepatan bertindak menjadi kunci utama agar liburan Nataru tetap aman dan nyaman.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan