"Hal ini juga meningkatkan kesempatan kerja serta tingkat produksi sehingga membawa manfaat signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inilah yang melatarbelakangi visi Bank DBS yaitu sebagai Best Bank for a Better World, kami berupaya untuk berkontribusi secara positif untuk dunia yang lebih baik," kata dia, dalam keterangan resminya, Kamis, 24 Februari 2022.
Selama dua tahun terakhir, pandemi covid-19 memengaruhi kehidupan masyarakat, sehingga muncul pertanyaan apakah pandemi ini akan berakhir. Sejak beberapa bulan lalu, Pemerintah Singapura telah mempersiapkan skenario baru yaitu memperlakukan covid-19 sebagai endemi dengan mengejar target vaksinasi di atas 80 persen, yang saat ini 83 persen warga Singapura telah tervaksinasi.
Pada akhir Desember 2021 lalu, dengan menurunnya kasus infeksi baru di Indonesia dan sedikitnya penderita yang perlu dirawat di rumah sakit, sejumlah pihak mengatakan Indonesia telah siap masuk ke tahap endemi.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejauh ini Indonesia telah mengalami dua gelombang dalam perkembangan kasus covid-19. Melihat pemetaan secara global, terdapat banyak negara yang sudah mencapai gelombang keempat covid-19, dengan jumlah kasus positif pada gelombang ini dapat mencapai tiga sampai enam kali lipat jika dibandingkan dengan tiga gelombang sebelumnya.
"Tentunya Indonesia pun tak luput dari peningkatan ini, melihat sifat virus covid-19 yang tidak mengenal batas wilayah. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani covid-19, yaitu transformasi layanan dasar kesehatan, transformasi sektor kesehatan, transformasi sistem kesehatan, pendanaan, transformasi sumber daya manusia, serta teknologi kesehatan," jelas dia.
Penanganan covid dari hulu ke hilir
Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi percaya penanganan covid-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir. Apabila deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi maka transformasi layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan tersebut diperlukan untuk penanganan kasus di hilir, ketika seseorang telah dinyatakan positif covid-19.Sehingga diharapkan dengan adanya transformasi ini, fasilitas-fasilitas kesehatan di Indonesia dapat lebih siap menanggapi kasus dan telah dilengkapi dengan sumber daya yang mumpuni.
Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, jika dibandingkan dengan gelombang kasus varian Delta pada pertengahan 2021, di mana puncak kasus positif mencapai angka 56 ribu. Saat ini pemerintah melihat adanya tren peningkatan jumlah kasus dengan varian Omicron yang sudah menyentuh angka 64.700 pada pertengahan Februari 2022. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Akan tetapi, pemerintah terus memantau tren dan pola tersebut serta optimistis dapat menekan transmisi varian Omicron.
"Tentunya kita harus bersiap-siap dan waspada akan datangnya gelombang ketiga setelah melihat pola peningkatan kasus positif covid-19 saat ini. Setelah menghadapi gelombang pertama dan kedua, serta dengan melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain, kita semakin memahami pola transmisi covid-19 khususnya saat ini varian Omicron. Jika pada gelombang kedua, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500, pada varian Omicron kali ini, tingkat kematian jauh lebih rendah dengan angka 180," jelas dia.
Dilihat dari sisi keterisian perawatan rumah sakit (Bed Occupancy Rate atau BOR), pada gelombang varian Delta secara nasional mencapai lebih dari 60 persen, saat ini tingkat keterisian perawatan rumah sakit nasional berada pada 30 persen.
"Sehingga dalam segi penanganan, belum perlu dilaksanakan penarikan rem darurat, tetapi pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level tiga, dibarengi dengan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing,” ungkap Siti Nadia Tarmizi.
Menurut pakar mikrobiologi Universitas Indonesia Amin Soebandrio, varian Omicron yang mulai tersebar pada November 2021 tersebut memiliki jumlah mutasi yang lebih banyak dibandingkan dengan virus-virus sebelumnya sehingga Omicron dapat beradaptasi dengan lingkungan yang menyebabkan penularan terjadi lebih cepat. Kendati demikian, tidak seluruh mutasi dapat menguntungkan virus covid-19. Pada kasus Omicron tidak menimbulkan morbiditas atau gejala klinis yang berat.
Amin Soebandrio mengatakan, berdasarkan atas studi yang dilakukan oleh FKM UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70 persen populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi, walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi, dan 90 persen dari populasi yang telah terkena covid-19 dan tervaksinasi telah memiliki antibodi tersebut. Maka, hal ini menunjukkan kekebalan terhadap virus telah terbentuk dalam masyarakat Indonesia.
Amin Soebandrio memaparkan, dengan berkaca dari negara-negara lain, prediksi puncak kasus Covid-19, khususnya varian Omicron, muncul dalam dua sampai tiga bulan sejak kasus pertama terdeteksi. Sehingga, diharapkan pola yang sama juga terjadi di Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memantau pergerakan masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadan dan Lebaran untuk mengurangi kerumunan. Apabila hal tersebut berhasil dijalankan bersama upaya-upaya lainnya, maka diperkirakan bahwa Indonesia akan mencapai puncak kasus covid-19 pada Maret 2022.
Siti Nadia Tarmizi berpandangan transisi dari fase pandemi menuju endemi bukanlah keputusan sepihak, melainkan membutuhkan pemberitahuan secara resmi dari WHO. Oleh karena itu, saat ini yang dapat dilakukan adalah mengadakan kebijakan-kebijakan yang menyeimbangkan kepentingan kesehatan dan juga kepentingan ekonomi, sehingga Indonesia dapat tetap bertumbuh secara finansial.
Virus covid akan selalu ada
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Direktur Pasca Sarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama mengatakan virus covid-19 akan selalu ada dengan kemungkinan akan bermutasi ke varian-varian lain di masa yang akan datang.Oleh karena itu, perlu untuk tetap kita waspadai. Walaupun jumlah kematian akibat Omicron lebih rendah dari varian Delta dan gejala yang ditimbulkan tidak separah gelombang-gelombang sebelumnya, namun korban jiwa tetap ada.
"Mengingat setiap nyawa masyarakat Indonesia berharga, maka diperlukan upaya maksimal dari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang adaptif terhadap keadaan dengan mempertimbangkan saran-saran para ahli sehingga dapat mengatur laju penularan," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News