Ilustrasi. Antara Foto/Puspa Perwitasari)
Ilustrasi. Antara Foto/Puspa Perwitasari)

Bukit Asam Pilih Mekanisme BOT di Proyek Gasifikasi

Annisa ayu artanti • 04 Maret 2020 16:16
Jakarta: PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyatakan tidak mau mengambil risiko terlalu besar dalam pengerjaan proyek gasifikasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan sehingga menyerahkan seluruh investasi kepada mitra dari Amerika Serikat yaitu Air Product.
 
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan dalam pengerjaan proyek ini perusahaan menggunakan mekanisme BOT (build-operate-transfer).
 
Pengerjaan dan investasi serta penyediaan teknologi dalan proyek akan diserahkan kepada Air Products. Sementara penyediaan batu bara akan dilakukan oleh Bukit Asam dan hasil gasifikasi berupa DME akan diserap oleh PT Pertamina (Persero).

"Gasifikasi bisnis modelnya yang invest investor semua. Jadi semua partner kita (Air Products) yang akan investasi. Kita sediakan batu baranya saja," kata Arviyan di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020.
 
Dia menjelaskan bisnis model seperti itu diambil karena perusahaan tidak mau mengambil risiko. Pasalnya, teknologi yang dipakai dalam proyek merupakan teknologi terbaru.
 
"Jadi risiko finansial dan risiko tidak ada di PTBA. Nah, kami memanfaatkan mereka untuk investasi ke kita," ujarnya.
 
Namun pasca proyek beroperasi, nantinya perusahaan bisa memiliki kemungkinan untuk menjadi pemegang saham pada proyek tersebut.
 
"Nanti akan jadi BOT 20 tahun, kalau pabrik udah jalan, maka kami ada opsi untuk pemegang saham dengan harga yang sudah disepakati," jelasnya.
 
Adapun untuk membangun pabrik DME tersebut, Arviyan menaksir dana yang dikeluarkan oleh investor sekitar USD2,1 miliar-USD2,2 miliar. "Mereka akan bangun dengan total investasi USD2,2 miliar," sebutnya.
 
Bukit Asam, Pertamina, dan Air Product telah menandatangani nota kesepahaman di Allentown, Amerika Serikat pada 7 November 2018.
 
Kerja sama tersebut dimaksudkan sebagai dasar dimulainya studi kelayakan potensi bisnis Coal-to-Syngas yaitu mengkonversi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
 
Kemudian pada 16 Januari 2019 dilanjutkan dengan penandatanganan kerangka Kerja sama Pendirian Joint Venture Company. DME akan digunakan sebagai substitusi LPG sehingga mengurangi ketergantungan pada impor LPG.
 
Proyek ini direncanakan akan mulai berproduksi pada 2024 dengan konsumsi batu bara sebesar 6,5 juta ton per tahun, yang memproduksi 1,4 juta ton DME.  

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan