Ilustrasi panel surya. Foto : Medcom.
Ilustrasi panel surya. Foto : Medcom.

Target Bauran Energi Bisa Terhambat dengan Pembatasan 15%

Arif Wicaksono • 01 Desember 2022 12:20
Jakarta: Pemerintah Indonesia memiliki target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen di 2025 serta nol emisi karbon di 2060. Dengan potensi posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, energi surya menjadi salah satu energi terbarukan yang paling memungkinkan dipasang dengan cepat dan mudah hingga skala residensial.
 
baca juga: Dukung Emisi Nol Karbon, Pelaku Usaha Diajak Gunakan Energi Terbarukan

Sebagai salah satu jenis energi terbarukan, Pembangkit listrik Tenaga Surya (PLTS) atap mampu memberikan penghematan biaya operasional listrik kepada tiap pengguna bergantung pada kapasitas yang digunakan.
 
Pengembangan teknologi pada sistem energi surya yang berbasis teknologi IoT membuat para pelanggan dapat memonitor dari jarak jauh performa sistem yang dipasang di masing-masing bangunan. Namun kebijakan Perusahaan Listrik Negara (PLN) membatasi pemanfaatan PLTS sampai 15 persen dari kapasitas terpasang bisa menghambat upaya transisi ke energi bersih.
 
Salah satu pemain industri panel surya mengatakan kebijakan 15 persen untuk pemanfaatan energi terbarukan dengan PLTS membuat target bauran kebijakan bisa tak tercapai di 2030. Apalagi pemasangan PLTS merupakan teknologi yang paling mudah digunakan ketimbang energi terbarukan lainnya.

"Bicara 2030 bisa tidak tercapai dengan kebijakan 15 persen kecuali pemerintah punya alternatif lain seperti angin dan air untuk mengejar bauran energi terbarukan, mengingat PLTS yang sejauh ini lebih mudah digunakan ketimbang lainnya," kata Chief of Sales SUN Energy Oky Gunawan, Kamis, 1 Desember 2022.
 
Dia mengatakan sejumlah perusahaan sudah tertarik dengan penggunaan panel surya. Beberapa yang menjadi klien dari SUN Energy adalah perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Widodo Makmur Unggas dan Unilever. Selain itu ada perusahaan otomotif dan batu bara seperti Astra International dan Berau.
 
"Perusahaan mulai sadar karena panel surya bisa menghemat cost mereka (Saving Cost) dalam penggunaan energi. Namun dari semua itu klien terbesar kami adalah Impack Pratama," jelas dia.
 
Potensi PLTS semakin besar dengan tren pembangunan data center yang membutuhkan biaya besar untuk tenaga listrik. Namun kendalanya adalah pemasangan PLTS untuk data center membutuhkan tantangan tersendiri karena berbeda dengan gedung perkantoran atau pabrik.
 
"Kedepannya juga pemasangan panel surya untuk data center menyesuaikan dengan  perkembangan teknologi seperti panel surya berbentuk jendela atau ditanam di tanah,(selama ini di atap)," jelas Group Head of Marketing SUN Energy Anggita Pradipta,.
 
SUN melihat dampak lingkungan dan sosial yang meningkat dari pemanfaatan energi surya ini seperti potensi pengurangan emisi karbon hingga terbukanya lapangan kerja hijau. Kedepannya, SUN Energy berharap dapat mengakselerasi proses transisi energi di Indonesia dengan sistem dan teknologi yang mutakhir.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan