Ilustrasi Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Foto: MI/Angga Yuniar
Ilustrasi Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Foto: MI/Angga Yuniar

Saldo Kas Perusahaan Batu Bara Capai USD6,8 Miliar, Ini Waktunya Diversifikasi Bisnis

Annisa ayu artanti • 23 Agustus 2022 16:45
Jakarta: Perusahaan tambang batu bara memiliki kesempatan untuk mempercepat transisi energi karena setahun yang lalu hingga kuartal I-2022 telah memperoleh keuntungan besar dari harga batu bara yang mencapai rekor tertinggi.
 
Menurut Analis Keuangan IEEFA Ghee Peh, keuntungan tersebut dapat digunakan perusahaan untuk mempercepat proses perubahan radikal yaitu meninggalkan investasi tambang batu bara baru dan memenuhi komitmen iklim jangka panjang.
 
“Ini saat yang tepat untuk mempertimbangkan pembelanjaan USD6,8 miliar tersebut secara berkeadilan dan berkelanjutan, terlebih lagi dengan Indonesia sebagai pemegang presidensi G20,” kata Peh dalam keterangan tertulis, Selasa, 23 Agustus 2022.
 
Baca juga: Kementerian ESDM: Upaya Transisi Energi Bersih Tak Kendur Meski Dihantam Krisis

Ia memperkirakan saldo kas USD6,8 miliar itu berasal dari delapan perusahaan batu bara tersebut adalah PT ABM Investama Tbk (ABMM), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Geo Energy Resources Ltd (RE4), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk
(PTBA).

“Bilamana terjadi penyelesaian dari konflik yang tengah berlangsung, ditambah dengan komitmen Uni Eropa untuk menjalakan dekarbonisasi, harga batu bara sangat mungkin akan kembali normal dari harga saat ini untuk jangka panjang ke depan," ungkapnya.
 
"Perusahaan batu bara sepatutnya tidak melewatkan kesempatan ini untuk mendiversifikasi usaha mereka dari batu bara sebelum biaya untuk bertransisi semakin meningkat," imbuhnya.
 
Di sisi lain, dengan banyaknya negara yang berhenti membeli batu bara dari Rusia di tengah konflik Rusia-Ukraina, aksi tersebut secara efektif telah menurunkan 18 persen dari suplai batu bara global.
 
IEEFA menemukan bahwa perusahaan batu bara sangat diuntungkan dengan harga rata-rata batu bara sebesar USD92 per ton pada kuartal I-2022, yang 29 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata di 2021.
 
Harga batu bara global akan mungkin tetap tinggi dikarenakan perubahan jalur perdagangan yangdiakibatkan oleh konflik Rusia-Ukraina. Sementara itu, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan akan mulai menurunkan impor batu bara dari Rusia pada kuartal II-2022 dan mengganti supai dari negara yang lebih jauh, termasuk Indonesia dan Australia.
 
“Jalur pengiriman batu bara menuju Asia utara akan menjadi semakin jauh dengan pelayaran dari Australia dan Indonesia dibanding dari Rusia. India yang membeli tambahan batu bara dari Rusia juga akan mengakibatkan hambatan dalam jalur pelayaran karena jaraknya yang lebih jauh dibanding Indonesia,” jelas Peh. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan