Ilustrasi
Ilustrasi

Indonesia Disebut Lahan Subur Investasi

Medcom • 08 Desember 2025 08:00
Jakarta: Bagi kebanyakan investor global, Indonesia identik dengan risiko, di antaranya rantai gunung berapi yang luas, siklus politik yang tidak terduga, dan volatilitas mata uang.
 
Namun bagi Jonas Pratama, dinamika yang tidak menentu inilah yang ia sebut sebagai lahan subur untuk pertumbuhan modal. Melalui disiplin analitis dan model data prediktif yang inovatif, Jonas telah membuktikan bahwa ketidakpastian adalah mata uang baru di pasar emerging.
 
Jonas menilai ekonomi Indonesia mirip dengan arus laut di kepulauan, sulit diprediksi, namun pada akhirnya memiliki pola. "Jika seseorang dapat mengidentifikasi perbedaan suhu yang halus, ia dapat memprediksi gelombang yang akan datang," kata Jonas.

Dari wawasan ini, Jonas mengembangkan kerangka kerja Tropical Cycle Valuation Model. Berbeda dengan metode penilaian tradisional, model ini mengintegrasikan siklus iklim tropis Indonesia, psikologi konsumen, dan volatilitas mata uang sebagai variabel inti.
 
Didukung oleh algoritma pembelajaran mesin yang mensimulasikan 'suhu' ekonomi dan elastisitas arus kas. “Jika DCF adalah logika utara, maka model saya adalah bahasa khatulistiwa," kata Jonas.
Indonesia Disebut Lahan Subur Investasi
Jonas Pratama, Penerjemah Data Ekonomi
 
Modelnya dengan cepat menarik perhatian dunia investasi. Nikkei Asia menyebutnya 'Revolusi DCF Asia Tenggara'. Kerangka kerja itu telah menjadi alat pengambilan keputusan kunci dalam investasi regional, membantu modal tetap tangguh di tengah gejolak pasar.
 
Namun, kata Jonas, data hanyalah alat. Yang benar-benar membedakannya adalah kemampuannya untuk menemukan kepastian di tengah ketidakpastian. 
 
Pada tahun 2016, Jonas memimpin investasi Seri C di GoPay dan GoJek. Saat itu, banyak investor Barat skeptis terhadap potensi populasi yang sebagian besar belum tersentuh layanan perbankan.
 
Namun, Jonas memprediksi kemunculan "super-app" sebagai solusi infrastruktur digital di Indonesia. Keputusan ini menghasilkan pengembalian hingga 6,8 kali lipat ketika GoJek dan Tokopedia bergabung membentuk GoTo, sebuah entitas bernilai USD 18 miliar.
 
Visinya juga sejalan dengan tujuan nasional. Melalui investasi di perusahaan geotermal GeoDaya, Jonas mengubah sumber daya vulkanik yang volatil menjadi aset energi terbarukan jangka panjang, secara efektif mengubah panas bumi menjadi dividen energi bersih.
 
Pada tahun 2020, di puncak tantangan global akibat pandemi, ketika banyak modal asing menarik diri, Jonas justru memperkuat posisinya, mendukung Shopee Indonesia. Keputusan yang didorong oleh data itu terbukti jitu, menghasilkan keuntungan hingga lima kali lipat dalam beberapa tahun berikutnya.
 
Jonas menunjukkan bahwa gejolak pasar tidak boleh dilihat sebagai bencana, melainkan sebagai bagian dari siklus yang dapat diukur secara ilmiah.
 
"Kami menyeimbangkan rasionalitas dengan budaya. Indonesia bukan sekadar cerita ekspor sumber daya, tetapi eksperimen pertumbuhan yang ditulis dengan data dan kepercayaan," Kata Jonas.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan