Ilustrasi pelonggaran pembatasan aktivitas masyakarat - - Foto: MI/ Anggara Yuniar
Ilustrasi pelonggaran pembatasan aktivitas masyakarat - - Foto: MI/ Anggara Yuniar

LPEM: Pelonggaran Mobilitas Dorong Konsumsi dan Investasi yang Tertahan

Husen Miftahudin • 19 Oktober 2021 12:50
Jakarta: LPEM FEB UI menyebut penurunan kasus covid-19 mendorong pemerintah untuk melonggarkan pembatasan sosial secara bertahap dan hati-hati. Hal ini akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan investasi.
 
"Pelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat diperkirakan akan mendorong konsumsi dan investasi yang tertahan serta melanjutkan kemajuan pemulihan ekonomi," ucap Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam rilis Analisis Makroekonomi, Selasa, 19 Oktober 2021.
 
Riefky melihat beberapa indikator ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur menunjukkan kinerja yang lebih baik, mengindikasikan prospek yang cukup optimistis sisa paruh 2021.

IKK meningkat menjadi 95,5 di September dari 77,3 di Agustus, meskipun belum kembali ke wilayah optimistis (100 ke atas). Peningkatan terjadi di semua kelompok pendapatan, pendidikan, dan umur.
 
"Indeks yang lebih baik menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi menguat, didorong oleh perbaikan mobilitas masyarakat sejalan dengan pelonggaran pembatasan mobilitas," sebutnya.
 
Demikian juga, PMI berada di 52,2 pada September, meningkat dari 43,7 pada Agustus. Angka tersebut berada di atas ambang 50 yang menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mulai berkembang dari kontraksi pada Juli dan Agustus ketika pemerintah memberlakukan pembatasan mobilitas darurat.
 
Mencermati statistik perdagangan, neraca perdagangan yang positif masih bertahan didukung oleh harga komoditas yang masih tinggi. Neraca perdagangan mencatat surplus yang menggembirakan sebesar USD4,37 miliar pada September, sedikit turun dari USD4,74 miliar pada Agustus.
 
"Ini menandai surplus perdagangan selama 17 bulan berturut-turut karena pertumbuhan ekspor yang lebih cepat daripada impor. Tingginya harga CPO dan batu bara, sebagai komoditas ekspor utama Indonesia, serta melonjaknya permintaan dari beberapa mitra dagang termasuk Tiongkok dan India sangat berkontribusi terhadap kinerja ekspor yang baik," tutur Riefky.

 
Secara keseluruhan, percepatan dan perluasan program vaksinasi bersamaan dengan respons kebijakan yang akomodatif melalui stimulus fiskal dan moneter sangat krusial untuk kembali mendorong momentum pertumbuhan ekonomi setelah melewati gelombang kedua pandemi akibat varian delta.
 
Dia bilang, kegiatan ekonomi berangsur-angsur pulih setelah pemerintah mulai secara perlahan melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat darurat (PPKM). Dari sisi kemajuan vaksinasi, tingkat vaksinasi di Indonesia meningkat tajam, berkat pemerintah yang mengamankan pasokan vaksin untuk seluruh penduduk.
 
Tingkat vaksinasi harian telah meningkat menjadi lebih dari 1,6 juta per hari. Pada 14 Oktober, sekitar 104,3 juta orang telah menerima vaksinasi dosis pertama, atau setara dengan sekitar 37,7 persen dari total populasi.
 
Terkait kebijakan fiskal, pemerintah telah menyalurkan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) sekitar 55,9 persen dari total Rp745 triliun (Per 8 Oktober 2021), dengan realisasi terbesar pada anggaran untuk insentif usaha (95,5 persen dari target), dimana korporasi, UMKM, dan perorangan telah memanfaatkan berbagai insentif perpajakan yang diberikan oleh pemerintah.
 
"Adapun realisasi program jaring pengaman sosial berada di urutan kedua (65,1 persen dari target), diikuti oleh program prioritas (55,7 persen), bidang kesehatan (49,7 persen), serta dukungan UMKM dan korporasi (38,2 persen)," pungkas Riefky.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan