Ilustrasi ekspor komoditas - - Foto: dok Marketwatch
Ilustrasi ekspor komoditas - - Foto: dok Marketwatch

Indonesia Perlu Dorong Ekspor Produk Olahan

M Ilham Ramadhan • 09 Juni 2022 15:24
Jakarta: Indonesia perlu meningkatkan ekspor produk olahan dan tidak menggantungkan ekspornya pada komoditas. Dibutuhkan upaya terstruktur untuk pelan-pelan menggeser komoditas sebagai andalan ekspor.
 
"Sekitar 45 persen ekspor Indonesia berbasis komoditas yang harganya fluktuatif dan sangat bergantung dengan dinamika yang terjadi di seluruh dunia. Bergantung pada komoditas menyebabkan kinerja perdagangan dipengaruhi oleh fluktuasi harga dunia," jelas Senior Fellow Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Deasy Pane melalui siaran pers, Kamis, 9 Juni 2022.
 
Konflik Rusia-Ukraina, walaupun tidak berpengaruh langsung terhadap volume perdagangan Indonesia, berpengaruh signifikan pada pergerakan harga komoditas yang akan mempengaruhi nilai perdagangan Indonesia.

Tingginya harga komoditas akan berpengaruh pada capaian ekspor Indonesia. Namun tidak mencerminkan kualitas dan daya saing produk Indonesia, serta hanya bersifat sementara.
 
Dalam dua dekade terakhir kontribusi ekspor Indonesia ke dunia stagnan di angka 0,9 persen. Sementara itu, pelaku usaha industri yang terlibat dalam kegiatan ekspor juga hanya sekitar 18 persen, yang menunjukkan sebagian besar pelaku usaha Indonesia berorientasi domestik.
 
Selain itu, untuk memberikan nilai tambah pada produk lokal, Indonesia masih membutuhkan impor bahan baku, terutama yang tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri.
 
Menurunnya nilai impor justru perlu diperhatikan karena berarti ada penurunan kinerja industri. Dalam konteks pandemi, industri tidak mampu beroperasi secara penuh atau bahkan menghentikan produksi dan mengurangi jumlah tenaga kerja.
 
Ia melanjutkan, tingginya aktivitas perdagangan internasional akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan produktivitas nasional. Defisit neraca perdagangan memang dapat berdampak negatif pada kestabilan moneter Indonesia.
 
Namun pembatasan terhadap aktivitas perdagangan baik ekspor dan impor akan mempengaruhi aktivitas pelaku usaha dan industri serta mempengaruhi daya beli masyarakat.
 
Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah. Pemerintah perlu mendorong pelaku usaha agar berani bersaing di dalam negeri dan pasar ekspor, didukung oleh upaya peningkatan produktivitas dan kualitas yang memenuhi standar internasional.
 
Hal ini dapat dilakukan melalui komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung, iklim persaingan usaha yang sehat, peningkatan kapasitas tenaga kerja dan infrastruktur yang mendukung.
 
Selain itu, dukungan terhadap inovasi, research and development dan penyerapan teknologi perlu ditingkatkan. Kurangnya ekosistem research and development bisa berdampak pada lemahnya motivasi pelaku usaha untuk berinovasi dan hanya memanfaatkan pasar domestik yang besar untuk mendapatkan keuntungan.
 
Padahal research and development dibutuhkan untuk mengoptimalkan nilai produk atau menambah efisiensi proses, yang memang diperlukan untuk bersaing di pasar global.

 
"Dari sisi demand, pemerintah perlu memastikan akses pasar ekspor dapat mudah dan berbiaya rendah dengan penurunan hambatan tarif dan nontarif di pasar ekspor dan penyediaan informasi pasar yang lengkap dan mudah diakses," jelasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan