Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Waspada! Marak Penipuan Voucer dan Review Palsu di Belanja Online,

Annisa ayu artanti • 09 Agustus 2025 19:00
Jakarta: Belanja online semakin mudah, tapi risiko penipuan juga makin mengintai. 
 
Salah satunya lewat teknik social engineering yaitu strategi manipulasi psikologis untuk membuat korban menyerahkan informasi pribadi atau uang tanpa sadar.
 
Menurut National Institute of Standards and Technology (NIST), social engineering adalah cara membujuk seseorang mengungkapkan data sensitif atau memberikan akses tanpa izin, demi tujuan penipuan.

Data pribadi di review produk bisa jadi celah

Brand Manager PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami), Jonathan Kriss mengingatkan masyarakat agar ekstra hati-hati saat beraktivitas di dunia maya.

“Kita seringkali lengah dan oversharing informasi penting seperti data pribadi yang sebenarnya sangat perlu untuk dijaga kerahasiaannya,” jelas Jonathan dalam keterangan tertulis, Sabtu, 9 Agustus 2025.

Iming-iming voucer dan cashback

Bentuk penipuan yang kerap digunakan adalah baiting, alias memancing korban dengan tawaran menarik seperti voucer, cashback, atau bonus belanja. 
 
Setelah mengetahui nama dan nomor telepon korban dari review produk, pelaku akan:
 
- Menghubungi korban mengaku sebagai pihak e-commerce.
- Menawarkan voucer atau cashback dengan syarat tertentu.
- Mengirim dokumen palsu yang terlihat resmi.
- Mengarahkan korban untuk mengunduh aplikasi pinjaman online (pindar).
- Meminta korban mengisi data hingga mengajukan pinjaman.
- Menginstruksikan korban mentransfer dana pinjaman ke rekening pelaku dengan janji akan dikembalikan bersama voucer.
 
Jonathan menegaskan, AdaKami tidak pernah meminta pengguna mengirim dana di luar pengembalian pinjaman, apalagi ke rekening tak jelas.
 
“Ini adalah perbuatan oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang harus kita waspadai bersama,” tegasnya.
 
Baca juga: Waspadai Penipuan Berkedok Agen Perjalanan, Ini Cara Verifikasinya 

Ancaman pelanggaran review

Modus lain adalah pretexting, di mana pelaku membuat korban panik dengan tuduhan bahwa review produk mereka melanggar aturan. Agar terhindar dari “sanksi”, korban diarahkan untuk:
 
- Berbelanja di akun e-commerce milik pelaku menggunakan limit buy now pay later.
- Jika limit habis, mengajukan pinjaman online atas arahan pelaku.
- Mentransfer dana pinjaman tersebut ke rekening pelaku.
 
“Biasanya, akun e-commerce ini adalah milik pelaku. Ini adalah cara pelaku untuk mendapatkan uang dari korban,” jelas Jonathan.

Tips aman hindari penipuan belanja online

Jonathan mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. 
 
“Ada banyak sekali modus-modus yang dilakukan para pelaku untuk mendapatkan uang secara cepat. Untuk itu, kami berharap masyarakat bisa selalu waspada dan jangan jemu-jemu untuk melakukan konfirmasi ulang atas setiap informasi atau instruksi yang diterima dari pihak manapun,” pesannya.
 
Berikut langkah yang bisa dilakukan:
 
- Cek ulang nomor yang menghubungimu. Gunakan aplikasi identifikasi nomor tak dikenal.
- Konfirmasi langsung ke nomor telepon, email, atau media sosial resmi platform terkait.
- Blokir dan laporkan nomor penipu jika sudah terkonfirmasi palsu.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan