Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto - - Foto: Medcom/ Husen Miftahudin
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto - - Foto: Medcom/ Husen Miftahudin

Semester I, Lifting Migas Masih di Bawah Target

Suci Sedya Utami • 17 Juli 2020 18:45
Jakarta: Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi siap jual (lifting) migas sepanjang semester I-2020 mencapai 1,7 juta barel setara minyak per hari (boepd).
 
Realisasi tersebut mencapai 89,3 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang sebesar 1,9 juta boepd.
 
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan lifting minyak masih dapat diupayakan mendekati target APBN. Namun target lifting gas cenderung sulit dicapai seiring penurunan harga gas industri.


"Untuk gas, di samping covid kita juga alami tekanan di serapan enggak sesuai kontrak karena melemahnya demand," kata Dwi dalam konferensi pers, di Jakarta, Jumat, 17 Juli 2020.
 
Berdasarkan rencana kerja dan anggaran (work program and budget/WP&B) yang ditargetkan 1,7 juta boepd mencapai 99,3 persen. Realisasi tersebut terdiri dari lifting minyak yang sebesar 713 ribu barel per hari (bph).
 
Realisasi lifting minyak mencapai 94,5 persen dari target di APBN sebesar 755 ribu bph atau 101,1 persen dari target WP&B 705,7 ribu bph. Serta lifting gas sebesar 5.605 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd), 84 persen dari target APBN 6.670 mmscfd atau 97,6 persen dari target WP&B 5.745 mmscfd.
 
Untuk produksi migas sepanjang semester I sebesar 1,9 juta boepd atau 98,3 persen dari target WP&B. Realisasi tersebut terdiri dari produksi minyak sebesar 720,2 ribu bph atau 101,8 persen dari target WP&B serta realisasi produksi gas 6.830 mmscfd atau 94,7 persen dari target EP&B 7.209 mmscfd.

 
Data itu menunjukkan bahwa industri hulu migas semester I-2020 masih terkendala turunnya harga minyak dunia dan wabah covid-19. Namun SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) akan berupaya mempertahankan kegiatan jangka pendek dan jangka panjang, untuk menunjang capaian target produksi satu juta bph di 2030.
 
Dwi menjelaskan beberapa langkah yang dilakukan SKK Migas dengan memberikan insentif kepada KKKS untuk dapat menunda penyetoran Dana Abandonment and Site Restoration (ASR) di 2020. Serta melakukan efisiensi, optimalisasi operasional dan pengaturan sumber daya di lapangan karena adanya pembatasan operasional dan mobilitas yang berdampak pada  kegiatan operasional dan penyelesaian proyek.
 
"Dampak covid itu sangat nyata. Walaupun begitu, kami bekerja sama dengan KKKS membuat terobosan-terobosan untuk mendukung capaian target produksi satu juta barel per hari di 2030. Dengan demikian Pengelolaan kegiatan hulu migas bisa tetap berjalan baik, dan gerak industri dapat mendukung program jangka panjang," pungkas Dwi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(Des)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan