Ia menilai penimbunan BBM di wilayah bencana adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi dan meminta aparat segera turun tangan mengatasi oknum yang memanfaatkan situasi darurat demi keuntungan pribadi.
“Aparat harus segera bertindak dan tidak pandang bulu terhadap siapa pun yang memicu masalah distribusi BBM dan elpiji, apalagi di situasi bencana,” kata Sofyano.
Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) ini menjelaskan bencana banjir bandang dan longsor di Sumatera dan Aceh telah memutus sejumlah akses transportasi utama. Kondisi ini membuat distribusi energi, termasuk BBM dan elpiji, menjadi sangat menantang.
“Ketika jalur transportasi hancur atau terputus, seluruh rantai pasok otomatis terganggu. Ini tantangan paling berat dalam menyalurkan BBM dan kebutuhan pokok lainnya,” ujarnya.
Pertamina Jaga Pasokan
Meski demikian, Sofyano tetap optimistis Pertamina mampu menjaga pasokan di tengah keterbatasan. Ia menilai pengalaman Pertamina dalam menangani bencana besar sebelumnya seperti Gempa Palu, Banjir Kalsel, hingga tsunami Aceh menjadi modal kuat dalam memastikan distribusi tetap berjalan.“Berdasarkan pengalaman yang ada selama ini, terutama pengalaman hebat saat tsunami Aceh, saya sangat yakin Pertamina mampu melaksanakan distribusi BBM dan elpiji kepada masyarakat di wilayah terdampak. Jangan ragukan tekad dan kemampuan insan Pertamina,” katanya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tidak melakukan pembelian berlebihan.
“Masyarakat perlu tenang. Jangan panik karena itu justru memperparah kondisi,” katanya.
Dengan dukungan pemerintah, TNI, Polri, serta pekerja energi di lapangan, Sofyano yakin distribusi BBM akan kembali berangsur normal di wilayah terdampak. Namun ia menegaskan, tindakan penegakan hukum terhadap penimbun tetap menjadi kunci menjaga stabilitas pasokan bagi warga yang sedang menghadapi situasi sulit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News